On The Spot

"Jangan Tangisi Aku Pergi…!", Kata Terakhir DPRD Sumut yang Tewas Karena Ulah Demonstran





Entah kenapa bocah berusia tiga tahun itu menangis keras, saat Abdul Azis Angkat akan melangkah keluar rumah.

Dengan kelembutannya, Ketua DPRD Sumut ini mendekati sang bocah, yang ternyata cucu kesayangannya. Sembari mengelus pipi sang cucu, Abdul Azis berucap “Jangan tangisi aku pergi.”

Tidak diketahui, apakah ucapan itu dimaksudkan bercanda atau tidak, tapi yang jelas, kalimat terakhir ini masih terngiang di telinga Anugrah Maulidin Angkat, anak kedua almarhum.


Anugrah ingat persis, Selasa (3/2) pagi itu ayahnya punya agenda penting karena akan menghadiri sidang paripurna di DPRD Sumut. Sebagai Ketua DPRD, ia akan memimpin pengambilan sumpah anggota DPRD Sumut Pengganti Antar Waktu (PAW), memimpin rapat paripurna tentang pengelolaan keuangan daerah dan pengambilan keputusan terhadap Ranperda tentang penyertaan modal pada PT Bank Pembangunan Daerah Sumut.

Tampak sebulir air mata Anugerah ketika mengingat kejadian pagi itu. Dia merasa terpukul, mengetahui ayahnya meninggal gara-gara anarkisme para pendemo Provinsi Tapanuli.

“Kami rela kalau Papa pergi. Kami sekeluarga menyerahkan ini kepada pihak kepolisian untuk mengungkap apa yang terjadi sebenarnya,” ujar Agung di kediaman mereka di Jalan Ekarasmi Gang Pipa No 18 Medan, Polonia.

Aziz Angkat meninggal setelah ribuan massa pro pemekaran Provinsi Tapanuli (Protap) mengepung gedung dewan. Target mereka adalah agar Ketua DPRD Sumut menandatangani jadwal paripurna pembentukan provinsi Tapanuli yang sebelumnya sudah disampaikan massa beberapa kali.

“Saya benar-benar merasa menyesal ketika papa saya dengar meninggal. Ntah kenapa saya tidak menemani beliau tadi pagi,” tutur Anugrah.

Menurutnya, ayahnya sering mengeluh tentang anarkisme para pendemo Protap. Ayahnya juga menjelaskan alasan kenapa tidak menandatangani berkas pembentukan Propinsi Tapanuli. “ Papa menjaga integritas Sumatera Utara. Dia tidak ingin Sumut terpecah belah. Kalau Protap diwujudkan, maka akan berimbas pada kabupaten lainnya,” ucapnya.

Minta Tolong

Menit-menit sebelum dirinya dievakuasi, Aziz menyadari kehadiran massa yang beringas menguasai gedung dewan. Dalam situasi genting itu, Azis berharap pada sahabat baiknya, Syahdan Syaputra (Ketua DPRD Medan) agar bisa menolongnya. Dia merasa keselamatannya terancam. “Dia menelpon saya dan mengatakan sedang dikepung massa, dan dia minta saya untuk terus mengawasi dari luar jalannya sidang paripurna saat itu,”cerita Syahdan.

Tiga puluh menit setelah pembicaraan telpon itu, Syahdan mendapat kabar kalau Aziz Angkat telah meninggal.

Entri Populer