On The Spot

China Marah Perdana Menterinya Dilempari Sepatu

Beijing (ANTARA News/AFP) - China menunjukkan kemarahannya yang luarbiasa terhadap pemerintah Inggris akibat prilaku seorang demonstran yang melemparkan sepatu ke arah Perdana Menteri China Wen Jiabao, tapi memastikan bahwa hubungan bilateral kedua negara tidak akan terganggu karena aksi itu.

Pemerintah China berusaha menutupi insiden yang bisa mempermalukannya di dalam negeri dimana media masa pemerintah giat menyensor atau mengabaikan peristiwa itu, sementara pengguna Internet sengaja dibanjiri komentar bernada membela pemerintah China.

"Pihak China menyatakan kesangatidakpuasannya atas insiden itu," kata juru bicara Departemen Luar Negeri China, Jiang Yu.

Namun kemudian memuji pemerintah Inggris yang menunjukkan penyesalannya yang mendalam dan setelah polisi Inggris berlaku tegas dengan menangkap pria berusia 27 tahun yang melemparkan sepatu terhadap Wen saat sang PM China ini berpidato di Universitas Cambridge, Inggris, Senin.

"Pihak Inggris menyatakan Inggris akan menghukum orang ini sesuai ketentuan hukum yang berlaku," kata Jiang.

"Fakta-fakta menunjukkan bahwa si pembuat onar yang melakuan aksi itu tidak diterima oleh masyarakat (Inggris), dan dia tidak akan menghentikan kecenderungan meningkatnya hubungan persahabatan diantara China dan Inggris," lanjutnya.

Dalam sebuah aksi meniru jurnalis Irak yang melemparkan sepatunya kepada George W. Bush di Baghdad Desember lalu, sang demonstran di Cambridge itu berteriak, "Ini skandal," saat menginterupsi pidato Wen dari jejeran belakang auditorium.

"Diktatur ini di sini, bagaimana bisa kalian mendengarkan kebohongan yang dia paparkan? Kalian tidak peka," katanya sebelum kemudian meniup sebuah peluit dan melemparkan sepatu olahraganya ke arah Wen yang tengah berpidato mengenai peran China dalam dunia yang mengglobal.

Sepatu itu jatuh sekitar satu meter dari Wen yang mengikuti arah jatuhnya sepatu, namun Wen tidak terlihat takut dan tetap tenang.

Setelah diseret keluar, si pendemo berteriak ke arah pengikut ceramah Wen dengan mengeluarkan kata "Berdiri dan proteslah," yang oleh beberapa pengikut ceramah yang sebagian besar mahasiswa China di Inggris, dijawab ketus dengan kata-kata, "Memalukan, kamu memalukan."

Setelah diinterupsi sang demonstran, Wen menghampiri sang pendemo.

"Prilaku tercela ini tidak dapat merusak persahabatan diantara China dan Inggris," kata Wen yang serempak disambut tepuk tangan riuh dari audiens.

Media massa China meremehkan insiden lempar sepatu yang disebut seorang pejabat kantor berita Xinhua sebagai gangguan selama pidato yang membuat Menteri Luar Negeri China bereaksi, tanpa menggambarkan seperti apa gangguan itu.

Beberapa media resmi lainnya seperti koran Harian Rakyat menghilangkan samasekali insiden itu dari liputan mengenai pidato Wen itu.

Stasiun televisi utama China, CCTV, yang menyiarkan langsung pidato itu tiba-tiba memasukkan gambar lain di tayangan itu manakala protes terjadi.

Demikian pula dengan Internet dimana hanya ada sedikit perbincangan mengenai insiden ini setelah pemerintah menyensornya.

Komentar-komentar para bloger juga sangat mendukung Wen yang merupakan politisi paling disukai di China karena sentuhan kerakyatannya.

"Perdana Menteri kita yang agung," kata seorang komentator untuk sebuah portal berita poopuler sohu.com.

"Kita percaya bisa melalui krisis ekonomi global dibawah kepemimpinan Perdana Menteri, kita memiliki tekad, sementara sekelompok minoritas orang yang melakukan pekerjaan tercela tidak akan bisa menghentikan kita."

Komentar-komentar nasionalis telah dikirimkan dalam Bahasa Inggris dalam chinaren.com, sebuah portal online populer lainnya.

"Saya mungkin tidak mendukung CCP (Partai Komunis China), tapi saya sepenuhnya dan sungguh-sungguh mendukung ideologi satu China," kata seorang peselancar internet.

"Siapapun yang menentangnya, terutama orang Amerika, Inggris, Rusia, Jerman, Prancis dan lain-lain, mesti melihat pada apa yang mereka telah perbuat dalam beberapa abad terakhir sehingga renungkanlah dulu tindakan-tindakan mereka di masa lalu sebelum menyiksa perasaan orang lain." (*)

Entri Populer