On The Spot

Presiden AS Dilantik



Liputan6.com, Washington: Disaksikan empat juta pasang mata yang memadati National Mall, Washington DC, Barack Hussein Obama diambil sumpahnya sebagai Presiden ke-44 Amerika Serikat, Selasa (20/1) siang waktu setempat. Ketegangan tak tampak di wajah Obama, kendati ia sempat tersendat saat mengucapkan sumpah.

Usai pengambilan sumpah, Obama menyampaikan pidato pertamanya sebagai Presiden AS. Diawali dengan mengajak rakyat AS bersatu untuk berjuang bangkit dari krisis, pidato Obama kemudian menyinggung soal Irak dan Afghanistan. "Kita akan menyerahkan tanggung jawab Irak kepada rakyatnya dan mengupayakan perdamaian di Afghanistan. Bersama negara sahabat, tanpa lelah kita akan meminimalisir ancaman nuklir serta pemanasan global," ujarnya.

Obama lalu menyinggung soal teror dan pembantaian warga sipil tak berdosa. Namun, kata Gaza atau konflik Israel-Palestina tak kunjung keluar dari mulutnya. Presiden yang berayahkan seorang muslim ini hanya menyorot soal keberagaman agama warga AS serta kebijakannya terhadap dunia Islam. "Terhadap dunia Islam, kita akan kembangkan cara pandang baru, berdasarkan persamaan kepentingan dan prinsip saling hormat-menghormati," tegasnya.

Tidak disinggungnya secara spesifik isu terhangat saat ini, yaitu konflik Israel-Hamas yang telah merenggut 1.300 jiwa warga Palestina memang cukup mengecewakan. Namun, janji untuk mengembangkan cara baru dalam bekerja sama dengan dunia Islam paling tidak memberi harapan baru bahwa pemerintahan AS akan lebih baik dari sebelumnya [baca: Obama dan Gaza].

Sebelumnya, Wakil Presiden AS terpilih Joe Biden juga diambil sumpahnya. Setelah itu, sesuai tradisi, Obama didampingi Biden menandatangani tiga dokumen kenegaraan. Suasana penuh canda muncul saat penandatanganan berlangsung, terkait cara menulis Obama yang kidal. Tiga dokumen yang ditandatangani adalah dokumen Hari Pembaruan dan Rekonsiliasi, Dokumen Nominasi Kabinet, dan dokumen Nominasi Sub-Kabinet.

Selanjutnya, Presiden Obama beserta Ibu Negara Michelle Obama mengantar kepergian mantan Presiden George Walker Bush beserta istri ke lokasi landasan helikopter yang ada di halaman Gedung Capitol. Setelah delapan tahun tinggal di Gedung Putih, Bush dan Laura akan kembali menempati rumah pribadi mereka di Texas.

Kepergian Bush menyisakan kenangan yang dalam sejarah tercatat sebagai masa pemerintahan terburuk. Tragedi 11 September 2001, badai Katrina, agresi ke Irak, dan krisis ekonomi menandai suramnya masa pemerintahan Bush yang diakhiri dengan insiden pelemparan sepatu di Irak.

Helikopter yang membawa Bush dan Laura tak lama mendarat di Pangkalan Angkatan Udara Andrews di Maryland. Perjalanan kemudian dilanjutkan dengan pesawat menuju Waco, Texas, tempat keduanya kembali menjalani hidup

Entri Populer