On The Spot

Israel Bom Sekolah PBB di Jabaliya

Berikanlah Comment kepada Blog ini biarkan Penulis Sedikit Dihargai


Perang di Gaza berlanjut dan jumlah korban bertambah. Serangan Selasa (06/01) terhadap sebuah sekolah PBB, menewaskan sekitar 40 orang. Banyak yang mempertanyakan, apa sebenarnya yang diserang oleh Israel?

Di Jalur Gaza tidak ada lagi orang yang merasa aman. Itu dikatakan kepala organisasi bantuan pengungsi PBB, UNWRA, John Ging Selasa kemarin. Sore hari gedung sekolah PBB yang bercat biru-putih di Jabaliya menjadi sasaran serangan Israel. Menurut pihak Palestina sekurangnya 40 orang tewas, sejumlah lainnya cedera. Di gedung sekolah itu ratusan warga Palestina mencari perlindungan. Mereka melarikan diri dari pertempuran yang terjadi di utara Jalur Gaza. Sebuah sekolah PBB lainnya di kamp pengungsi Al-Shanti juga terkena serangan Israel, seperti dituturkan oleh seorang perempuan Palestina kepada pemancar Al Jazeera. Hal itu dibenarkan oleh wakil-wakil PBB dan dokter-dokter Palestina. Perempuan itu mengatakan: "Saya tinggal disini dengan anak-anak saya, tanpa air dan listrik. Sebenarnya saya tidak mau meninggalkan rumah, tetapi ketika tetangga saya tewas, saya lari ke sini. Tetapi militer Israel tidak mempedulikan sekolah ini. Mereka menyerang dan membunuh tiga anggota keluarga Sultan."

Ketiga orang yang jadi korban itu baru keluar dari kamar mandi saat gedung sekolah tsb jadi sasaran serangan. Walaupun jumlah korban sipil terus bertambah dan protes dunia internasional meningkat, politisi israel tetap tidak bersedia menghentikan aksi militer, sampai Hamas berhenti menembaki kota-kota Israel. Hal ini dibenarkan oleh presiden Israel Shimon Peres: "Tidak dapat diajukan tuntutan gencatan senjata, seolah kedua pihak setara. Bukan kami yang mulai menyerang Hamas, tetapi Hamaslah yang selalu menyerang kami."

Saat kunjungan delegasi UE Selasa pagi kemarin, Presiden Peres mengemukakan, bahwa Israel memang harus menyadari proporsi serangan yang dilakukan, dan adanya komponen kemanusiaan. Banyak anak Palestina menjadi korban, tetapi hampir tidak ada anak-anak Israel. Mengapa? Pertanyaan itu dijawab sendiri oleh Peres, yaitu karena Israel mengurus anak-anaknya.

Dengan kata lain Israel menganggap Hamaslah yang bertanggung jawab atas banyaknya korban sipil di Gaza. Militer Israel menerangkan, banyak mesjid dan rumah dilengkapi dengan jebakan bom. Ada terowongan yang disiapkan Hamas untuk menculik tentara Israel. Demikian alasan resmi Israel bagi serangan gencar pasukan darat, artileri dan angkatan udara. Di lain pihak, dari sebuah sumber Palestina yang dapat dipercaya, angkatan laut Israel juga menyerang rumah seorang dokter di utara Chan Yunis. Padahal keluarga itu tidak berurusan dengan organisasi militan Palestina.

Menurut perkiraan kedua pihak, saat ini tidak ada pertanda bahwa pertempuran akan segera dihentikan. Namun Menteri Pendidikan Israel Yuli Tamir tetap yakin, bahwa semua warga Israel tahu, bagaimana mengakhiri operasi militer di Gaza. Yuli Tamir mengemukakan: "Semua menginginkan gencatan senjata. Ada tiga syaratnya. Pertama, penembakan roket ke wilayah Israel harus dihentikan. Kedua, ditemukan jalan untuk membendung penyelundupan senjata. Ketiga, tentara Israel Gilad Shalit yang diculik harus dipulangkan. Bagi saya, ketiga syarat itu tidak seberapa. Pemerintah Israel pastilah tahu, bahwa mereka tidak dapat terus berada di Gaza dan bahwa wilayah itu harus ditinggalkan secepatnya."

Menurut harian Israel Haaretz, pemerintah Israel juga mendiskusikan jalan apa yang akan diambil, bila gencatan senjata tidak tercapai dalam waktu singkat. PM Ehud Olmert dilaporkan hendak meluaskan aksi militer. Sebaliknya Menlu Zipi Livni menguatirkan, bila perang terus berlanjut dengan bertambahnya korban tewas dan meningkatnya protes dunia internasional, maka Hamas akan memperoleh legitimasi untuk memerangi Israel. (dgl)



sumber:
http://www.dw-world.de/dw/article/0,,3925773,00.html


Entri Populer