Israel Menjadi Dalang Kerusuhan Di Iran
Ayatollah Ali Khamenei mengancam bahwa jika pengunjuk rasa tidak berhenti melakukan demonstrasi maka akan ada sejumlah konsekuensi yang harus diterima mereka.
Di Universitas Teheran, Jumat (19/6), Pemimpin Tertinggi Iran tersebut menyebutkan, “Agen mata-mata Israel ada di belakang kerusuhan yang terjadi di Iran.”
Khamenei juga menegaskan, mempertanyakan hasil pemilu akan membawa Iran ke tangan musuhnya. Ia menyarankan, kalau ingin mengoreksi hasil pemilu maka harus melalui prosedur dengan adanya kepercayaan.
Usai memberikan pernyataan tersebut, Khamenei langsung memimpin sholat Jumat tersebut
Menteri Luar Negeri Israel yang kontroversial, Avigdor Lieberman mengatakan Israel ingin melakukan sebuah perombakan dalam kebijakan terhadap Iran tidak peduli siapa yang memenangkan sengketa pasca pemilu di Iran.
Sementara itu dia menekankan bahwa setiap perubahan rezim di Iran tampaknya tidak mungkin walaupun ada demonstrasi yang tengah terjadi di negara ini.
Ditanyakan oleh Channel 10, televisi Israel tentang siapa yang akan dipilih Israel untuk menang dalam kontes Iran ini, Lieberman menjawab, “Yang lebih baik untuk Israel adalah mengadakan perubahan dalam kebijakan Iran.” Lieberman juga mendesak Barat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi ketat terhadap Iran untuk menghentikan perkembangan nuklir.
Kontroversi seputar Pemilihan presiden Iran ke-10 ini terus berlanjut, karena rival Presiden Mahmoud Ahmadinejad selama pemilihan, telah meminta untuk dilakukan investigasi yang akan dilakukan atas dugaan penyimpangan dalam pemilihan.
Di luar dari sikap pemerintah Israel terhadap keributan yang terjadi di Iran, terhembus juga berbagai macam isu dibelakang kekacauan pasca-pemilu tersebut. Salah satunya adalah mengenai Israel yang ikut campur tangan dalam memanas-manasi suasana demo dengan menggunakan akses informasi mikro-blog Twitter. Sebuah anggapan bahwa Israel menggunakan Twitter untuk merusuhkan Iran muncul ketika diketahui banyak akun pengguna Twitter yang palsu yang digunakan oleh garis keras Iran untuk menyebarkan ‘salah informasi’. Semacam sebuah perang Twitter.
Pertama revolusi, dan sekarang perang. Ada laporan bahwa beberapa situs Israel adalah bagian dari sebuah konspirasi untuk melemahkan pemerintah Iran. Itu hanya soal waktu sebelum seseorang menyalahkan Israel atas kekacauan di Iran tersebut.
Dalam cakupan Yerusalem Post online mengenai peristiwa di Iran tersebut telah dikutip sebagai unsur utama di belakang “Revolusi Twitter ” Iran, dan dikarakterisasi sebagai bagian dari konspirasi Israel yang dituduhkan untuk menyebarkan kerusuhan di republik Islam tersebut.
Teori ini dipaparkan dengan detail dalam artikel berjudul ‘Bukti: Usaha Israel Merusuhi Iran Via Twitter’, yang muncul di website sayap Kiri, Axis of Logic, dimana penulis mengatakan “sayap kanan Israel memiliki kepentingan untuk terlibat dalam semua serangan Twitter ini dengan harapan mengagalkan pemilihan umum Iran dan menyebabkan ketidakstabilan politik di Iran.”
Rupanya, yang “bukti” tersebut telah diterbitkan secara online pada edisi hari Minggu di Jerusalem Post dalam blog ‘The Abyss Persia’, di mana tiga Twitterers Iran aktif telah disebutkan.
Posting dari Axis of Logic mungkin terdengar seperti suatu kegilaan konspirasi. Mereka mempertanyakan beberapa hal yang menurut merupakan kejanggalan. “Mengapa orang ini ‘tweet’ dalam bahasa Inggris? Mengapa semua profil ini terobsesi dengan Iran? Mereka juga membuat profil pada saat yang hampir bersamaan, yaitu pada tanggal 13 Juni. Terlihat jelas bahwa ini adalah hasil kerja tim yang terdiri dari orang-orang yang berniat merongrong Iran. Profil dibuat seadaanya dan diciptakan dengan niat yang sama; mempengaruhi opini publik untuk melegitimasi pemilihan Iran.”
Menurut situs tersebut bahwa “bukan lagi rahasia jika Israel melihat Iran sebagai musuh, lebih daripada bangsa lain. Menurut jajak pendapat yang baru-baru ini, lebih dari setengah dari penduduk mendukung Israel menggunakan kekuatan militer terhadap Iran jika mereka tidak berhenti dari mengembangkan energi nuklir, meskipun Iran memiliki hak legal untuk melakukan sesuai dengan perjanjian NNP.”
Di sisi lain, Pasukan keamanan dalam negeri Iran telah menemukan beberapa akun palsu yang menghubungkan diri mereka dengan koneksi aparat keamanan Iran telah diidentifikasi. Akun ini digunakan sebagai jalan untuk menyebarkan ‘salah informasi’ dan orang-orang diminta untuk tidak me’re-tweet’ tulisan dari profil-profil tersebut. Beberapa profil mengatasnamakan agen berita dunia seperti Al Jazeera dan Guardian.co.uk.
Isu konspirasi dalam perang ‘Twitter’ ini tampaknya masih akan terus berhembus selama kerusuhan masih berlangsung. Dan dapat dilihat dari kejadian ini bahwa internet dan media memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat, begitu juga sebaliknya, respon balik dari masyarakat akan mempengaruhi kuatnya sebuah media.
Di Universitas Teheran, Jumat (19/6), Pemimpin Tertinggi Iran tersebut menyebutkan, “Agen mata-mata Israel ada di belakang kerusuhan yang terjadi di Iran.”
Khamenei juga menegaskan, mempertanyakan hasil pemilu akan membawa Iran ke tangan musuhnya. Ia menyarankan, kalau ingin mengoreksi hasil pemilu maka harus melalui prosedur dengan adanya kepercayaan.
Usai memberikan pernyataan tersebut, Khamenei langsung memimpin sholat Jumat tersebut
Menteri Luar Negeri Israel yang kontroversial, Avigdor Lieberman mengatakan Israel ingin melakukan sebuah perombakan dalam kebijakan terhadap Iran tidak peduli siapa yang memenangkan sengketa pasca pemilu di Iran.
Sementara itu dia menekankan bahwa setiap perubahan rezim di Iran tampaknya tidak mungkin walaupun ada demonstrasi yang tengah terjadi di negara ini.
Ditanyakan oleh Channel 10, televisi Israel tentang siapa yang akan dipilih Israel untuk menang dalam kontes Iran ini, Lieberman menjawab, “Yang lebih baik untuk Israel adalah mengadakan perubahan dalam kebijakan Iran.” Lieberman juga mendesak Barat untuk menjatuhkan sanksi ekonomi ketat terhadap Iran untuk menghentikan perkembangan nuklir.
Kontroversi seputar Pemilihan presiden Iran ke-10 ini terus berlanjut, karena rival Presiden Mahmoud Ahmadinejad selama pemilihan, telah meminta untuk dilakukan investigasi yang akan dilakukan atas dugaan penyimpangan dalam pemilihan.
Di luar dari sikap pemerintah Israel terhadap keributan yang terjadi di Iran, terhembus juga berbagai macam isu dibelakang kekacauan pasca-pemilu tersebut. Salah satunya adalah mengenai Israel yang ikut campur tangan dalam memanas-manasi suasana demo dengan menggunakan akses informasi mikro-blog Twitter. Sebuah anggapan bahwa Israel menggunakan Twitter untuk merusuhkan Iran muncul ketika diketahui banyak akun pengguna Twitter yang palsu yang digunakan oleh garis keras Iran untuk menyebarkan ‘salah informasi’. Semacam sebuah perang Twitter.
Pertama revolusi, dan sekarang perang. Ada laporan bahwa beberapa situs Israel adalah bagian dari sebuah konspirasi untuk melemahkan pemerintah Iran. Itu hanya soal waktu sebelum seseorang menyalahkan Israel atas kekacauan di Iran tersebut.
Dalam cakupan Yerusalem Post online mengenai peristiwa di Iran tersebut telah dikutip sebagai unsur utama di belakang “Revolusi Twitter ” Iran, dan dikarakterisasi sebagai bagian dari konspirasi Israel yang dituduhkan untuk menyebarkan kerusuhan di republik Islam tersebut.
Teori ini dipaparkan dengan detail dalam artikel berjudul ‘Bukti: Usaha Israel Merusuhi Iran Via Twitter’, yang muncul di website sayap Kiri, Axis of Logic, dimana penulis mengatakan “sayap kanan Israel memiliki kepentingan untuk terlibat dalam semua serangan Twitter ini dengan harapan mengagalkan pemilihan umum Iran dan menyebabkan ketidakstabilan politik di Iran.”
Rupanya, yang “bukti” tersebut telah diterbitkan secara online pada edisi hari Minggu di Jerusalem Post dalam blog ‘The Abyss Persia’, di mana tiga Twitterers Iran aktif telah disebutkan.
Posting dari Axis of Logic mungkin terdengar seperti suatu kegilaan konspirasi. Mereka mempertanyakan beberapa hal yang menurut merupakan kejanggalan. “Mengapa orang ini ‘tweet’ dalam bahasa Inggris? Mengapa semua profil ini terobsesi dengan Iran? Mereka juga membuat profil pada saat yang hampir bersamaan, yaitu pada tanggal 13 Juni. Terlihat jelas bahwa ini adalah hasil kerja tim yang terdiri dari orang-orang yang berniat merongrong Iran. Profil dibuat seadaanya dan diciptakan dengan niat yang sama; mempengaruhi opini publik untuk melegitimasi pemilihan Iran.”
Menurut situs tersebut bahwa “bukan lagi rahasia jika Israel melihat Iran sebagai musuh, lebih daripada bangsa lain. Menurut jajak pendapat yang baru-baru ini, lebih dari setengah dari penduduk mendukung Israel menggunakan kekuatan militer terhadap Iran jika mereka tidak berhenti dari mengembangkan energi nuklir, meskipun Iran memiliki hak legal untuk melakukan sesuai dengan perjanjian NNP.”
Di sisi lain, Pasukan keamanan dalam negeri Iran telah menemukan beberapa akun palsu yang menghubungkan diri mereka dengan koneksi aparat keamanan Iran telah diidentifikasi. Akun ini digunakan sebagai jalan untuk menyebarkan ‘salah informasi’ dan orang-orang diminta untuk tidak me’re-tweet’ tulisan dari profil-profil tersebut. Beberapa profil mengatasnamakan agen berita dunia seperti Al Jazeera dan Guardian.co.uk.
Isu konspirasi dalam perang ‘Twitter’ ini tampaknya masih akan terus berhembus selama kerusuhan masih berlangsung. Dan dapat dilihat dari kejadian ini bahwa internet dan media memiliki pengaruh yang besar terhadap masyarakat, begitu juga sebaliknya, respon balik dari masyarakat akan mempengaruhi kuatnya sebuah media.
sumber:
http://ruanghati.com/
http://ruanghati.com/