Membangun “Fukoshima” di Unhas
Bocornya PLTN Fukoshima di Jepang kembali menyulut kontroversi penggunaan nuklir untuk pembangkit listrik. Kontroversi yang tidak berujung.
Perhatian dunia tertuju pada Fukoshima, Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepang. Bahaya radiasi akibat meledaknya reaktor nuklir menjadi ancaman terbesar, bukan hanya bagi penduduk Jepang tetapi juga negara tetangga. Ledakan tersebut kembali menyulut kontroversi penggunaan energi nuklir.
Kebocoran di Fukoshima kembali mengingatkan dahsyatnya ledakan bom atom Nagasaki dan Hiroshima, atau tragedi meledaknya PLTN di Chernobil, Ukraina, pada 1986. Kedua peristiwa tersebut menewaskan ribuan orang, menimbulkan penyakit yang dampaknya masih terasa sampai saat ini.
Namun sebesar itukah ketakuan terhadap energi ini? Energi nuklir pada dasarnya bersumber dari zat radioaktif (zat yang tidak stabil) yang terus meluruh untuk mencapai kestabilan. Sepanjang proses tersebut, zat radioktif memancarkan massanya dalam tiga bentuk yaitu sinal alpha, beta, dan gamma. Jika ketiga sinar tersebut bereaksi dengan materi lain, maka materi tersebut dapat bermuatan.
Pada PLTN, energi diperoleh dari pemecahan inti atom yang tidak stabil. Tujuannya untuk menghasilkan reaksi berantai dengan menembakkan neutron ke inti atom tersebut. Ketika mencapai inti atom, ia pecah menjadi dua buah inti atom dan sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti atom-inti atom lainnya dan begitu seterusnya, inilah chain reaction (reaksi berantai).
Reaksi tersebut menghasilkan sejumlah energi. Energi tersebut digunakan untuk mendidihkan air yang terdapat di penampungan sehingga menjadi uap. Uap itu kemudian dialirkan lewat pipa-pipa yang kemudian dapat menggerakkan turbin-turbin. Di belakang turbin ada generator yang bekerja seperti sebuah dinamo raksasa yang bertugas mengubah energi gerak mekanik menjadi energi listrik.
Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara air disalurkan lewat pipa. Air yang telah dingin dipompa kembali ke penampungan air, proses ini yang terus berulang.
Reaksi berantai merupakan kunci yang menentukan keberhasilan sebuah PLTN. Reaksi ini pula yang menjadi penentu, apakah nuklir memberikan manfaat atau sekadar mudarat. Oleh karena itu, reaksi tersebut mesti dikontrol oleh operator dengan menembakkan neutron berkecepatan lemah pada kali pertama. Ini dilakukan agar reaksi berikutnya dapat dikendalikan.
Banyak alasan tetap mempertahankan PLTN sebagai sumber energi, efisiensi berada di urutan pertama. Sebagai contoh, satu gram Uranium-235 dapat menghasilkan energi yang setara dengan yang dihasilkan 2650 kilogram batu bara. Sungguh merupakan efisiensi yang luar biasa. Selain itu, PLTN juga tidak menghasilkan polutan seperti yang dihasilkan bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi.
Namun manfaat yang diperoleh dari PLTN, sama besarnya dengan resiko yang mungkin ditimbulkan. Menjalankan PLTN, berarti membangun sebuah sistem penghasil energi yang demikian canggih. Sebuah sistem yang terdiri dari tenaga profesional yang menguasai bidangnya serta infrastruktur yang memadai.
Bukan hanya itu, pembangunan PLTN juga mesti memperkirakan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, termasuk reaksi berantai yang tidak terkontrol dan kembali menghasilkan bencana besar seperti Chernobil. Maka sudah sepatutnya kebocoran PLTN di Jepang, menjadi pelajaran bagi Indonesia yang merencanakan pengoperasian PLTN.
Nuklir di Unhas
Energi nuklir dengan segala kontroversinya memang telah menjadi bahan pembicaraan yang tidak berujungnya. Namun kontroversi tersebut tidak menyurutkan niat para peneliti Unhas untuk terlibat dalam pemanfaatan energi ini. Unhas pun turut ambil bagian dalam mengembangkan nuklir.
Sejak Oktober tahun lalu, pihak Unhas dan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah meneken kerja sama pengembangan energi nuklir di Unhas. kerja sama ini memungkinkan Unhas melakukan pengembangan pemanfaatan enrgi nuklir di berbagai bidang.
Sampai saat ini beberapa peneliti Unhas telah memanfaatkan nuklir ini untuk penelitian. Seperti penggunaan di bidang pertanian untuk mempercepat produksi padi. Pemanfaatan nuklir untuk mendeteksi kebuntingan dini sapi potong.
Bukan hanya itu, melalui kerja sama tersebut, pemanfaatan nuklir oleh peneliti Unhas diharapkan lebih luas di berbagai bidang, seperti bidang kesehatan untuk penyembuhan. Maka kita patut menunggu lahirnya berita baru dari peneliti Unhas dalam memanfaatkan nuklir. Nuklir untuk perdamaian, tentu saja!.
sumber
Perhatian dunia tertuju pada Fukoshima, Lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) di Jepang. Bahaya radiasi akibat meledaknya reaktor nuklir menjadi ancaman terbesar, bukan hanya bagi penduduk Jepang tetapi juga negara tetangga. Ledakan tersebut kembali menyulut kontroversi penggunaan energi nuklir.
Kebocoran di Fukoshima kembali mengingatkan dahsyatnya ledakan bom atom Nagasaki dan Hiroshima, atau tragedi meledaknya PLTN di Chernobil, Ukraina, pada 1986. Kedua peristiwa tersebut menewaskan ribuan orang, menimbulkan penyakit yang dampaknya masih terasa sampai saat ini.
Namun sebesar itukah ketakuan terhadap energi ini? Energi nuklir pada dasarnya bersumber dari zat radioaktif (zat yang tidak stabil) yang terus meluruh untuk mencapai kestabilan. Sepanjang proses tersebut, zat radioktif memancarkan massanya dalam tiga bentuk yaitu sinal alpha, beta, dan gamma. Jika ketiga sinar tersebut bereaksi dengan materi lain, maka materi tersebut dapat bermuatan.
Pada PLTN, energi diperoleh dari pemecahan inti atom yang tidak stabil. Tujuannya untuk menghasilkan reaksi berantai dengan menembakkan neutron ke inti atom tersebut. Ketika mencapai inti atom, ia pecah menjadi dua buah inti atom dan sejumlah neutron. Neutron-neutron hasil dari reaksi ini akan mengenai inti atom-inti atom lainnya dan begitu seterusnya, inilah chain reaction (reaksi berantai).
Reaksi tersebut menghasilkan sejumlah energi. Energi tersebut digunakan untuk mendidihkan air yang terdapat di penampungan sehingga menjadi uap. Uap itu kemudian dialirkan lewat pipa-pipa yang kemudian dapat menggerakkan turbin-turbin. Di belakang turbin ada generator yang bekerja seperti sebuah dinamo raksasa yang bertugas mengubah energi gerak mekanik menjadi energi listrik.
Uap air yang telah menggerakkan turbin kehilangan panasnya dan berubah kembali menjadi air. Untuk mempercepat proses pendinginan, air dingin dari menara air disalurkan lewat pipa. Air yang telah dingin dipompa kembali ke penampungan air, proses ini yang terus berulang.
Reaksi berantai merupakan kunci yang menentukan keberhasilan sebuah PLTN. Reaksi ini pula yang menjadi penentu, apakah nuklir memberikan manfaat atau sekadar mudarat. Oleh karena itu, reaksi tersebut mesti dikontrol oleh operator dengan menembakkan neutron berkecepatan lemah pada kali pertama. Ini dilakukan agar reaksi berikutnya dapat dikendalikan.
Banyak alasan tetap mempertahankan PLTN sebagai sumber energi, efisiensi berada di urutan pertama. Sebagai contoh, satu gram Uranium-235 dapat menghasilkan energi yang setara dengan yang dihasilkan 2650 kilogram batu bara. Sungguh merupakan efisiensi yang luar biasa. Selain itu, PLTN juga tidak menghasilkan polutan seperti yang dihasilkan bahan bakar fosil seperti batu bara atau minyak bumi.
Namun manfaat yang diperoleh dari PLTN, sama besarnya dengan resiko yang mungkin ditimbulkan. Menjalankan PLTN, berarti membangun sebuah sistem penghasil energi yang demikian canggih. Sebuah sistem yang terdiri dari tenaga profesional yang menguasai bidangnya serta infrastruktur yang memadai.
Bukan hanya itu, pembangunan PLTN juga mesti memperkirakan kemungkinan terburuk yang bisa terjadi, termasuk reaksi berantai yang tidak terkontrol dan kembali menghasilkan bencana besar seperti Chernobil. Maka sudah sepatutnya kebocoran PLTN di Jepang, menjadi pelajaran bagi Indonesia yang merencanakan pengoperasian PLTN.
Nuklir di Unhas
Energi nuklir dengan segala kontroversinya memang telah menjadi bahan pembicaraan yang tidak berujungnya. Namun kontroversi tersebut tidak menyurutkan niat para peneliti Unhas untuk terlibat dalam pemanfaatan energi ini. Unhas pun turut ambil bagian dalam mengembangkan nuklir.
Sejak Oktober tahun lalu, pihak Unhas dan Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi (PTKMR) Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) telah meneken kerja sama pengembangan energi nuklir di Unhas. kerja sama ini memungkinkan Unhas melakukan pengembangan pemanfaatan enrgi nuklir di berbagai bidang.
Sampai saat ini beberapa peneliti Unhas telah memanfaatkan nuklir ini untuk penelitian. Seperti penggunaan di bidang pertanian untuk mempercepat produksi padi. Pemanfaatan nuklir untuk mendeteksi kebuntingan dini sapi potong.
Bukan hanya itu, melalui kerja sama tersebut, pemanfaatan nuklir oleh peneliti Unhas diharapkan lebih luas di berbagai bidang, seperti bidang kesehatan untuk penyembuhan. Maka kita patut menunggu lahirnya berita baru dari peneliti Unhas dalam memanfaatkan nuklir. Nuklir untuk perdamaian, tentu saja!.
sumber