On The Spot

Itung-Itung Korupsi

Gue bukan mengklaim diri sebagai koruptor, tapi seandainya gue ini seorang koruptor maka gue akan selalu bermodalkan simpoa, kalkulator, mesin hitung atau apalah yang bisa cepat untuk menghitung uang rupiah dengan tambah, kurang, dan bagi. Cukup itu saja tidak perlu log, pangkat dua, pangkat tiga, sinus, cosines, tangent, atau bahkan modus dan lainnya.

Menjadi seorang koruptor di Indonesia memang butuh beberapa keahlian, yang utama adalah keahlian menghitung seperti di atas, kemudian keahlian melakukan kesempatan dalam kesempitan alias corruption in action, dan yang terakhir adalah keahlian untuk memprediksi kemungkinan lost akibat masa tahanan dan saldo hasil korupsi setelah masa tahanan tersebut berakhir.

Keahlian pertama sangat penting dimiliki oleh seorang koruptor karena untuk disebut sebagai ‘koruptor kelas kakap’ maka paling tidak nilai matematikanya minimal delapan setengah. Keahlian tambah-tambahan agar ahli dalam menghitung berapa nilai mark-up yang harus ditambahkan. Keahlian kurang-mengurangi juga penting agar lihai mendapatkan barang-barang murah tapi nilai sama dengan barang KW 1, jika ada proyek. Bagi-membagi penting sekali dalam ilmu korupsi di Indonesia, karena tanpa punya keahlian bagi-membagi niscaya proses korupsi akan seret. Seorang koruptor handal harus tahu siapa yang akan dibagi dan berapa persen bagi-baginya, atau istilah alimnya korupsi berjamaah.

Keahlian kedua adalah kesempatan dalam kesempitan, biasanya yang suka dengan kondisi ini adalah orang yang cita-citanya jadi pejabat. Seorang koruptor handal harus bisa memanfaatkan hal ini, misalnya seorang Jaksa agar dijuluki sebagai koruptor handal harus bisa menarik sejumlah uang (kalau perlu dalam bentuk USD) dari orang yang sedang kena kasus perdata maupun pidana dengan jaminan kasusnya ‘cincai lah’. Atau seorang pejabat PEMDA agar dijuluki koruptor handal harus pandai-pandai ‘menjilat’ atasannya yang juga korup, mumpung masih menjabat jika jago menjilat maka proyek-proyek PEMDA akan jatuh ke tangannya. Setelah proyek jatuh ke tangan, baru deh lakukan mark-up gila-gilaan.

Kalo yang namanya koruptor, apalagi jaman sekarang dimana KPK selalu pasang mata-telinga untuk siap menyergap pejabat korup, maka yang harus diperhitungkan seorang koruptor handal adalah untung-rugi korupsi dan konsekuensinya. Mudahnya begini, seorang koruptor handal harus bisa memprediksi segala biaya kasus pidana dan rugi masa tahanan. Kalo seorang koruptor kena perkara pidana atau ditetapkan status sebagai tersangka, maka si koruptor harus mulai berhitung berapa kira-kira dia akan kehilangan keuntungan waktu korupsi yang harus ditanggung ketika masuk penjara dan berapa kerugian akibat bayar denda.

Misalnya, rata-rata vonis pidana korupsi di Indonesia kan paling cuma 2 – 4 tahun, nah selama dipenjara kemungkinan kerugian akibat tidak bisa korupsi misalnya 5 milyar rupiah dan denda tahanan misalnya 250 juta rupiah. Yang harus dilakukan seorang koruptor adalah tinggal menghitung saja 5 milyar ditambah 250 juta, nah si koruptor harus korupsi sebelumnya minimal yaaaah kira-kira 5 milyar 500 juta rupiah agar ketika keluar masih ada saldo sisa korupsi. Gitu loh.

Kalo mau lebih lihai lagi, bikin yayasan atau LSM yang banyak lalu hasil korupsinya ditampung di yayasan tersebut. Itung-itung cuci uang lah biar KPK rada repot investigasinya.

Selain itu kalo sial-sialnya tertangkap, ada cara yang jitu agar korupsi menjadi suatu keahlian yang menyenangkan. Akhir-akhir ini banyak usulan agar terpidana korupsi dijatuhi hukuman moral juga, seperti profil pribadinya ditayangkan di media massa, harus menggunakan baju bertuliskan KORUPTOR, dahinya ditato, hingga usul agar koruptor diarak keliling sebelum dijebloskan ke penjara.

Nah biar nggak malu ada nih triknya. Pada saat berniat beralih profesi menjadi koruptor, jangan lupa ikut kursus kepribadian agar bisa bersikap tenang ketika dipermalukan di depan publik. Selain itu, banyak-banyaklah tersenyum dan selalu melambaikan tangan ke khalayak ramai karena kalo mukanya cemberut atau bahkan menangis maka akan semakin menjadi bulan-bulananlah si koruptor ini. Apalagi kalo mukanya bersih dan ganteng, wah dijamin ibu-ibu banyak yang malah belain.

Selain soal malu, kalo niat korupsi jangan dekat-dekat dengan yang namanya partai. Korupsi ya korupsi aja. Karena bisa dijuluki “koruptor gadungan”. Belakangan ini, menjelang Pemilu 2009, beberapa tokoh politik dari berbagai partai gencar dihujani tuduhan korupsi yang tidak lain agar imej partainya ikutan jelek, padahal orang itu belum tentu korupsi.

Entri Populer