Bahan Bakar Kopi Untuk Kendaraan Bermotor
Sebelumya kita mengenal minyak kacang, kedelai, atau jarak yang dapat digunakan sebagai bahan pembuat biodiesel. Berbeda dengan ketiganya, bahan bakar dari kopi ini lebih ringan (ber-viskositas rendah) sehingga dapat memperingan kerja mesin.
Penemuan ini dimulai dari ketidak sengajaan saat Dr.Misra menemukan lapisan minyak diatas kopi yang tidak sempat dihabiskannya kemarin. Hal ini menariknya mengadakan penelitian lebih lanjut tentang kemungkinan penggunaan kopi untuk bahan bakar. Penelitian ini kemudian mendapat dukungan penuh dari kedai kopi Starbucks yang memberikan sisa ampas kopi mereka untuk diteliti.
Pembuatan bahan bakar kopi ini pada dasarnya sama dengan pembuatan minyak berbahan nabati yang lain. Ampas kopi direaksikan dengan alkohol melalui proses transesterifikasi hingga terjadi bahan bakar. Dibutuhkan 5-7 kg ampas kopi untuk membuat satu liter minyak biodiesel tergantung dari banyaknya minyak yang terkandung didalamnya. Ampas kopi menyumbang 10-15% seluruh bagian pembuatan biodiesel
Meski terbuat dari kopi, bahan bakar ini tidak akan menimbulkan bau kopi dari hasil pembakarannya. Hal ini berbeda dengan beberapa minyak nabati lain yang menimbulkan bau khas setiap terjadi pembakaran. Lebih dari itu, ampas kopi sisa yang sudah diekstraksi juga masih bisa digunakan untuk pemupukan tanaman.
Penemuan ini juga sangat layak secara komersial. Para peneliti memperkirakan hanya dibutuhkan biaya $1 per galon untuk memproduksi minyak ini secara massal kelas menengah. Pembuatan bahan bakar kopi ini hanya membutuhkan pengumpulan ampas kopi tanpa memerlukan pembukaan lahan baru khusus penanaman kopi (berbeda dengan jarak yang khusus ditanam untuk biodiesel). Di Amerika saja tiap tahun dikonsumsi 7 juta ton kopi yang diperkirakan dapat menghasilkan 340 juta galon biodiesel.
Di Indonesia sendiri rasanya bahan bakar kopi sudah lama ada. Coba tanyakan pada sopir-sopir truk di jalur pantura apa yang membuat mereka terjaga dan sanggup mengemudikan kendaraan berjam-jam. Jawabnya pasti: “kopi!”