Waktu Puasa Berbeda
TERGANTUNG POSISI KOORDINAT TEMPAT KITA BERADA
Hmmm... Ada satu pertanyaan yang saat ini masih terus mengendap dan mengganjal di pikiranku, yaitu tentang perbedaan waktu berpuasa bagi umat muslim yang tersebar di berbagai belahan bumi. Ketika bwalk ke blog mbak Ely beberapa waktu yang lalu, aku beroleh kenyataan bahwa mbak Ely yang berada di Jerman memulai puasa hari pertama mulai pukul 4.26 pagi sampai pukul 8.12 malam. Jadi, waktu puasa untuk masyarakat Jerman adalah hampir 16 jam lamanya pada awal September ini! Wew...
Perbedaan waktu puasa itu secara umum bisa saya dibagi menjadi dua bagian utama. Yang pertama adalah perbedaan waktu untuk menjalankan ibadah puasa. Sementara itu, yang kedua adalah perbedaan lamanya waktu dalam menjalankan ibadah puasa.
Pertama adalah perbedaan waktu menjalankan puasa. Kita tentunya paham betul bahwa Indonesia dibagi menjadi tiga bagian waktu, WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Pembagian waktu ini didasarkan pada pembagian koordinat bumi. Satu lingkaran bumi adalah 360° dan dilintasi sepanjang 24 jam. Maka 360° dibagi 24 akan menghasilkan 15°. Jadi setiap geser 15° derajat maka terjadi pergeseran atau perbedaan waktu satu jam. Jika bergeser ke barat maka berkurang satu jam, kalau ke timur bertambah satu jam. Titik nol waktu berada di Greenwich, Inggris. Segini aja.. Saya gak mau membahas lebih jauh tentang ini kok.... Hahaha.... Lanjut ke waktu puasa yuk...
Waktu berpuasa itu sendiri dimulai ketika terbit fajar di ufuk timur dan berakhir saat matahari tenggelam di ufuk barat. Artinya puasa itu dikerjakan mulai adzan Subuh hingga adzan Maghrib. Dengan melihat satu contoh yang saya utarakan diatas, waktu Subuh dan Maghrib untuk kota Surabaya lebih cepat sekitar 30-an menit dari kota Jakarta, meskipun kedua kota itu terletak di satu bagian waktu yang sama, WIB. Ketika si A di Surabaya sudah mulai berbuka puasa, si B yang berada di Jakarta harus menunggu 30 menit lagi untuk sholat Maghrib dan menyantap menu buka puasanya.
Perbedaan waktu memulai dan mengakhiri puasa ini disebabkan karena perbedaan posisi koordinat bumi tempat kita berada. Dan yang memiliki pengaruh paling besar adalah perbedaan koordinat Bujur atau Longitude. Sejak SD kita tahu bahwa bumi itu berotasi dari barat ke timur, sehingga matahari pun bergerak dari timur ke barat. Artinya lokasi yang berada di timur mengalami terbit lebih dulu dari lokasi di sebelah barat. Karena kota Surabaya berada di timur kota Jakarta akan mengalami waktu imsak dan berbuka lebih awal daripada kota Jakarta.
Atau untuk lebih rincinya, keliling bumi (di ekuator) adalah ≈ 40000 km, jika dibagi 1440 menit (=24 jam) akan didapatkan hasil ≈ 28 km. Jadi setiap 28 km (di ekuator) mengalami pergeseran waktu sebanyak 1 menit.
Sementara itu, yang kedua adalah perbedaan lamanya waktu berbuka puasa. Seperti telah ditulis di paragraf pembuka tadi bahwa waktu puasa untuk muslim yang berada di Jerman hampir 16 jam. Ini tentu lebih lama dibanding dengan waktu puasa umat muslim di Indonesia yang hanya berkisar 14 jam, mulai pukul 4 pagi hingga pukul 6 sore.
Perbedaan lamanya waktu berpuasa ini lebih disebabkan oleh posisi koordinat Lintang atau Latitude serta posisi sumbu rotasi bumi (garis imajiner yang ditarik lurus dari kutub utara ke kutub selatan) terhadap sumbu revolusi bumi. Posisi sumbu rotasi bumi ketika berevolusi atau berputar mengelilingi matahari adalah membentuk sudut 23,5°. Pada tanggal 21 Juni bagian utara mengalami siang hari terpanjang (sebaliknya bagian selatan siang hari terpendek); 21 Maret dan 22 September Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sehingga lama siang hari benar-benar sama dengan lama malam hari di semua wilayah Bumi; dan 21 Desember bagian utara mengalami siang hari terpendek (sebaliknya bagian selatan siang hari terpanjang).
Jadi, saat ini saya sudah tidak lagi heran ketika kondisi langit masih terang benderang saat pertandingan sepakbola di berbagai liga di Eropa dimulai pada weekend, padahal waktu disana sudah menunjukkan pukul 8 malam lho (sementara waktu di Surabaya adalah pukul 3 pagi). Hihihihi... Ups... Back to topic!!!!
Miringnya sumbu rotasi bumi ini menyebabkan beberapa daerah di bumi khususnya daerah-daerah yang berada di belahan bumi utara dan selatan (> 23,5° lintang) mengalami empat musim. Empat musim itu antara lain musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Musim panas di belahan bumi utara terjadi karena posisi miringnya sumbu rotasi bumi menyebabkan sinar matahari lebih lama bersinar di belahan bumi utara sehingga otomatis belahan bumi selatan akan mengalami musim dingin karena malam yang lebih lama. Begitupun sebaliknya.
Nah, sebelumnya kita tahu bahwa waktu berpuasa itu berpatokan pada tanda-tanda yang didapatkan dari rotasi bumi. Subuh saat fajar menjelang dan maghrib saat matahari terbenam. Oleh karena itu, lamanya waktu berpuasa pun bergantung pada lamanya matahari itu bersinar. Dan ini pun bergantung pada posisi sudut rotasi bumi tadi.
Hm..... Tidak habis fikir gimana ya lamanya puasa mereka yang berada di dekat kutub, di Eropa Utara, Kanada, Rusia, dll. Atau di wilayah yang dekat dengan kutub selatan seperti Argentina, Uruguay, Afrika Selatan, dll.... Lha wong saat musim panas, ada kalanya matahari baru tenggelam hingga pukul 9.30 malam sementara fajar sudah terlihat sejak pukul 1.30 pagi. Wih.... Gimana tuh puasanya????
Dan kebalikannya, saat musim dingin mereka hanya berpuasa selama sekitar 6 jam saja, mulai fajar pukul 9 pagi dan maghrib pukul 3 sore.... Hihihi....
Hmmm... Ada satu pertanyaan yang saat ini masih terus mengendap dan mengganjal di pikiranku, yaitu tentang perbedaan waktu berpuasa bagi umat muslim yang tersebar di berbagai belahan bumi. Ketika bwalk ke blog mbak Ely beberapa waktu yang lalu, aku beroleh kenyataan bahwa mbak Ely yang berada di Jerman memulai puasa hari pertama mulai pukul 4.26 pagi sampai pukul 8.12 malam. Jadi, waktu puasa untuk masyarakat Jerman adalah hampir 16 jam lamanya pada awal September ini! Wew...
Perbedaan waktu puasa itu secara umum bisa saya dibagi menjadi dua bagian utama. Yang pertama adalah perbedaan waktu untuk menjalankan ibadah puasa. Sementara itu, yang kedua adalah perbedaan lamanya waktu dalam menjalankan ibadah puasa.
Pertama adalah perbedaan waktu menjalankan puasa. Kita tentunya paham betul bahwa Indonesia dibagi menjadi tiga bagian waktu, WIB (Waktu Indonesia Barat), WITA (Waktu Indonesia Tengah), dan WIT (Waktu Indonesia Timur). Pembagian waktu ini didasarkan pada pembagian koordinat bumi. Satu lingkaran bumi adalah 360° dan dilintasi sepanjang 24 jam. Maka 360° dibagi 24 akan menghasilkan 15°. Jadi setiap geser 15° derajat maka terjadi pergeseran atau perbedaan waktu satu jam. Jika bergeser ke barat maka berkurang satu jam, kalau ke timur bertambah satu jam. Titik nol waktu berada di Greenwich, Inggris. Segini aja.. Saya gak mau membahas lebih jauh tentang ini kok.... Hahaha.... Lanjut ke waktu puasa yuk...
Waktu berpuasa itu sendiri dimulai ketika terbit fajar di ufuk timur dan berakhir saat matahari tenggelam di ufuk barat. Artinya puasa itu dikerjakan mulai adzan Subuh hingga adzan Maghrib. Dengan melihat satu contoh yang saya utarakan diatas, waktu Subuh dan Maghrib untuk kota Surabaya lebih cepat sekitar 30-an menit dari kota Jakarta, meskipun kedua kota itu terletak di satu bagian waktu yang sama, WIB. Ketika si A di Surabaya sudah mulai berbuka puasa, si B yang berada di Jakarta harus menunggu 30 menit lagi untuk sholat Maghrib dan menyantap menu buka puasanya.
Perbedaan waktu memulai dan mengakhiri puasa ini disebabkan karena perbedaan posisi koordinat bumi tempat kita berada. Dan yang memiliki pengaruh paling besar adalah perbedaan koordinat Bujur atau Longitude. Sejak SD kita tahu bahwa bumi itu berotasi dari barat ke timur, sehingga matahari pun bergerak dari timur ke barat. Artinya lokasi yang berada di timur mengalami terbit lebih dulu dari lokasi di sebelah barat. Karena kota Surabaya berada di timur kota Jakarta akan mengalami waktu imsak dan berbuka lebih awal daripada kota Jakarta.
Atau untuk lebih rincinya, keliling bumi (di ekuator) adalah ≈ 40000 km, jika dibagi 1440 menit (=24 jam) akan didapatkan hasil ≈ 28 km. Jadi setiap 28 km (di ekuator) mengalami pergeseran waktu sebanyak 1 menit.
Sementara itu, yang kedua adalah perbedaan lamanya waktu berbuka puasa. Seperti telah ditulis di paragraf pembuka tadi bahwa waktu puasa untuk muslim yang berada di Jerman hampir 16 jam. Ini tentu lebih lama dibanding dengan waktu puasa umat muslim di Indonesia yang hanya berkisar 14 jam, mulai pukul 4 pagi hingga pukul 6 sore.
Perbedaan lamanya waktu berpuasa ini lebih disebabkan oleh posisi koordinat Lintang atau Latitude serta posisi sumbu rotasi bumi (garis imajiner yang ditarik lurus dari kutub utara ke kutub selatan) terhadap sumbu revolusi bumi. Posisi sumbu rotasi bumi ketika berevolusi atau berputar mengelilingi matahari adalah membentuk sudut 23,5°. Pada tanggal 21 Juni bagian utara mengalami siang hari terpanjang (sebaliknya bagian selatan siang hari terpendek); 21 Maret dan 22 September Matahari tepat berada di garis khatulistiwa sehingga lama siang hari benar-benar sama dengan lama malam hari di semua wilayah Bumi; dan 21 Desember bagian utara mengalami siang hari terpendek (sebaliknya bagian selatan siang hari terpanjang).
Jadi, saat ini saya sudah tidak lagi heran ketika kondisi langit masih terang benderang saat pertandingan sepakbola di berbagai liga di Eropa dimulai pada weekend, padahal waktu disana sudah menunjukkan pukul 8 malam lho (sementara waktu di Surabaya adalah pukul 3 pagi). Hihihihi... Ups... Back to topic!!!!
Miringnya sumbu rotasi bumi ini menyebabkan beberapa daerah di bumi khususnya daerah-daerah yang berada di belahan bumi utara dan selatan (> 23,5° lintang) mengalami empat musim. Empat musim itu antara lain musim panas, musim gugur, musim dingin dan musim semi. Musim panas di belahan bumi utara terjadi karena posisi miringnya sumbu rotasi bumi menyebabkan sinar matahari lebih lama bersinar di belahan bumi utara sehingga otomatis belahan bumi selatan akan mengalami musim dingin karena malam yang lebih lama. Begitupun sebaliknya.
Nah, sebelumnya kita tahu bahwa waktu berpuasa itu berpatokan pada tanda-tanda yang didapatkan dari rotasi bumi. Subuh saat fajar menjelang dan maghrib saat matahari terbenam. Oleh karena itu, lamanya waktu berpuasa pun bergantung pada lamanya matahari itu bersinar. Dan ini pun bergantung pada posisi sudut rotasi bumi tadi.
Hm..... Tidak habis fikir gimana ya lamanya puasa mereka yang berada di dekat kutub, di Eropa Utara, Kanada, Rusia, dll. Atau di wilayah yang dekat dengan kutub selatan seperti Argentina, Uruguay, Afrika Selatan, dll.... Lha wong saat musim panas, ada kalanya matahari baru tenggelam hingga pukul 9.30 malam sementara fajar sudah terlihat sejak pukul 1.30 pagi. Wih.... Gimana tuh puasanya????
Dan kebalikannya, saat musim dingin mereka hanya berpuasa selama sekitar 6 jam saja, mulai fajar pukul 9 pagi dan maghrib pukul 3 sore.... Hihihi....