On The Spot

Telur Koleksi Darwin Ditemukan


SEBUAH telur coklat tua koleksi ”Bapak Evolusi”, Charles Darwin, pada masa pelayarannya bersama HMS Beagle ditemukan di Universitas Cambridge, Inggris. Itulah satu-satunya koleksi ”Darwin Beagle” yang masih bertahan.

Kondisi telur yang bertuliskan ”Darwin” itu sudah retak akibat wadah yang terlalu sempit. Adalah pensiunan relawan yang bekerja di museum zoologi milik universitas itu, Liz Wetton, yang menemukan pertama kalinya.

Liz pertama kali menemukannya pada Februari 2009 setelah seharian menyortir koleksi telur koleksi universitas. ”Ini pengalaman luar biasa. Setelah menghabiskan waktu sepuluh tahun dalam koleksi telur, ini benar-benar kejadian luar biasa,” katanya.

Diyakini, koleksi sejenis milik Darwin pada awalnya berjumlah lusinan.

Cukup spesial

Adalah manajer koleksi, Mathew Lowe, yang pertama kali memungkinkan adanya temuan tersebut. ”Ada banyak jejak bersejarah yang dapat ditelusuri dalam koleksi-koleksi itu, Liz tidak saja menemukan sesuatu yang baru,” katanya sebagaimana dikutip BBC News.

Ditambahkan, penemuan spesimen Beagle pada 200 tahun kelahiran Darwin dapat dikatakan cukup spesial. Namun, menemukan bukti bahwa Darwin sendiri yang merusakannya merupakan kejutan tambahan.

Kurator museum soal perburungan (ornitologi), Dr Mike Brooke, melacak spesimen itu dalam buku catatan Profesor Alfred Newton, salah satu teman Darwin sekaligus profesor zoologi pada akhir abad ke-19.

Hasilnya, ada sebuah tulisan Newton tentang sebuah telur yang diterimanya melalui Frank Darwin, anak Charles Darwin. Telur itu diperoleh di Maldonado, Uruguay. Sayangnya, kemasan telur itu justru membuatnya rusak akibat kekecilan.

Pada masa hidupnya, Darwin banyak meneliti burung-burung. Penelitiannya itu, ditambah informasi dari naturalis otodidak Alfred Wallace di sejumlah tempat di Indonesia, mendasari teori evolusi yang terkemuka hingga kini.

Mengenai temuan itu, direktur museum, Profesor Michael Akam, berkata, ”Temuan ini menunjukkan bagaimana bernilainya kerja relawan-relawan kami bagi museum.”

sumber:
http://sains.kompas.com/

Entri Populer