On The Spot

Ekspor Gawat, Produk Lokal Terancam


(inilah.com/Wirasatria)
Jakarta - Lampu kuning sudah menyala di jalur ekspor. Kinerja ekspor untuk kuartal I 2009 diperkirakan turun hingga 42% dari periode yang sama tahun lalu. Bahkan, April depan, penurunan itu akan menembus angka 50%.

Kejatuhan ekspor yang lebih dalam lagi bakal terjadi di kuartal II. Sebab, kinerja ekspor kuartal I masih ditunjang order tahun lalu. Resesi yang kini melanda negara-negara maju menjadi penyebab utama dari penurunan ekspor tersebut.

Jika tahun lalu ekspor Indonesia masih mampu meraih devisa US$ 7-8 miliar per bulan, kini jumlahnya diperkirakan tinggal US$ 3-4 miliar. Dampaknya terhadap perekonomian dalam negeri pasti sangat besar, terutama terhadap penerimaan pajak, kesempatan kerja, kegiatan transportasi, dan jasa pelabuhan.

Tidak ada cara lain, untuk mengerem penurunan ekspor, Indonesia harus segera mencari pasar baru. Negara-negara Timur Tengah mungkin termasuk salah satu pasar yang harus ditembus produk-produk Indonesia.

Masalahnya, membuka pasar ke sana dalam waktu singkat jelas tidak mungkin. “Pemerintah harus segera mengalihkan pasar ekspor ke pasar dalam negeri,” kata Sri Adiningsih, pengamat ekonomi dari UGM.

Dengan penduduk sekitar 230 juta jiwa, pasar dalam negeri memang cukup potensial. Namun, tak mudah bagi eksportir untuk bermain di pasar lokal. Soalnya, China dan beberapa negara seperti Vietnam dan Taiwan juga akan menggelontori produk-produknya di pasar Indonesia.

Saat ini produk asal ketiga negara tersebut yang banyak beredar di pasaran dalam negeri meliputi produk elektronik, peralatan rumah tangga, tekstil, dan makanan. Bahkan mesin, baja, dan semen asal China telah banyak dijumpai di sini.

Perilaku konsumsi orang Indonesia yang sensitif terhadap harga akan membuat produk dari ketiga negara itu mendapat tempat di negeri ini. Yosef Santo, pengurus Asosiasi Industri Plastik dan Olefin Indonesia (Inaplas), mengatakan produk alat rumah tangga asal China dijual dengan harga jauh lebih miring ketimbang buatan dalam negeri.

Masuknya barang-barang impor jelas akan membuat produsen lokal semakin terpukul. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) merilis data, penguasaan produk lokal di pasar dalam negeri turun dari 74% tahun 2004 menjadi 22% di 2007.

“Untuk itu, pemerintah harus mendukung daya saing produk lokal,” kata Sri. “Salah satunya dengan memangkas ekonomi biaya tinggi, memperbaiki infrastruktur dan transportasi,” lanjutnya. [E1]

sumber:

http://www.inilah.com/

Entri Populer