42 Warga Satu Desa di Garut Gila

GARUT - Wakil Bupati Garut Dicky Candra mengungkapkan bahwa 42 warga Desa Kersamanah, Kecamatan Kersamanah, Garut, menderita 'schizophrenia' atau gila. "Mereka sebagian besar perempuan. Saya prihatin teradap kondisi ini," kata Dicky Candra, Kamis (16/4), ketika membuka semiloka soal gender di Garut.
Menurut Dicky, hingga saat ini masih dilakukan penyelidikan penyebab terjadinya penyakit itu. "Kemungkinan akibat penyakit tertentu, faktor keturunan, malahan mungkin disebabkan pola pikir yang umumnya sering lama ditinggal suami," ujarnya.
Banyak kaum perempuan di desa tersebut terpaksa ditinggal suaminya merantau ke Bandung, Bekasi dan Jakarta guna mencari nafkah keluarga sebagai tukang cukur, berdagang, buruh bangunan maupun pekerjaan serabutan laiinya, katanya.
Karena itu, sangat mendesak diperlukan banyaknya penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan, serta penyiapan lapangan kerja untuk pemberdayaan kaum perempuan di pedesaan, termasuk penyediaan permodalan serta pemasaran produk yang mereka hasilkan.
Sedangkan implementasi sektor usahanya, berupa pengembangan tata boga produk makanan etnik setempat diantaranya penganan ladu, burayot, pengolahan bahan baku kelapa sebagai produk pengawet ramah lingkungan, katanya.
Upaya lainnya, dilaksanakannya proses pembelajaran mewujudkan harmonisasi dalam keluarga, pendidikan manajemen keluarga, menyusul kini di Kabupaten Garut terdapat sekurangnya 360.000 kaum perempuan yang berstatus janda, ungkap Wakil Bupati.
Sementara itu, Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan , Setiawati J. Arifin, MSc mengemukakan, diperlukannya semua kalangan bebas dari bias dengan strategi dan visioner yang jelas, guna mewujudkan kemandirian perempuan.
Ia menyatakan, masih banyak permasalahan krusial yang dihadapi perempuan di Indonesia, diantaranya masalah sosial budaya, sosial ekonomi, pendidikan, politik serta kesenjangan lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Garut, Hendy Budiman, M.Kes menjelaskan, jajarannya masih melakukan identidikasi lanjutan terhadap 42 warga Kersamanah yang menderita gila itu, penyebabnya bisa akibat genetika, lingkungan serta beratnya permasalahan yang mereka hadapi.
Masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan di Kabupaten Garut, angkanya cukup tinggi di Provinsi Jawa Barat, bahkan sejak tahun 2002 lalu terdapat warga Kersamanah yang terpaksa dipasung selama delapan tahun akibat sering mengamuk dan bisa melakukan pengrusakan.
Untuk diklasifikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB), masih diperlukan berbagai kajian serius termasuk membuktikan nilai kebenaran terjadinya 42 warga satu desa penderita "schizophherenia", katanya.
Jenis penderita penyakit itu, bisa diawali dari depresi (stres) ringan, sedang dan berat sehingga pola penanganannya harus instensif dan berkelanjutan, kata Kepala RSU dr Slamet Garut, dr Widjayanti Utoyo, SPM menambahkan.
Perhelatan semiloka tersebut, khusus diikuti 35 pejabat eselon II di lingkungan Pemkab/Setda Garut, berlangsung sehari penuh, dimaksudkan agar mereka memiliki kebijakan dalam pengarusutamaan gender, kata Ketua Team Leader SCB-DP selaku penyelenggara DR Hari Sudradjat.
Menurut Dicky, hingga saat ini masih dilakukan penyelidikan penyebab terjadinya penyakit itu. "Kemungkinan akibat penyakit tertentu, faktor keturunan, malahan mungkin disebabkan pola pikir yang umumnya sering lama ditinggal suami," ujarnya.
Banyak kaum perempuan di desa tersebut terpaksa ditinggal suaminya merantau ke Bandung, Bekasi dan Jakarta guna mencari nafkah keluarga sebagai tukang cukur, berdagang, buruh bangunan maupun pekerjaan serabutan laiinya, katanya.
Karena itu, sangat mendesak diperlukan banyaknya penyelenggaraan pendidikan kewirausahaan, serta penyiapan lapangan kerja untuk pemberdayaan kaum perempuan di pedesaan, termasuk penyediaan permodalan serta pemasaran produk yang mereka hasilkan.
Sedangkan implementasi sektor usahanya, berupa pengembangan tata boga produk makanan etnik setempat diantaranya penganan ladu, burayot, pengolahan bahan baku kelapa sebagai produk pengawet ramah lingkungan, katanya.
Upaya lainnya, dilaksanakannya proses pembelajaran mewujudkan harmonisasi dalam keluarga, pendidikan manajemen keluarga, menyusul kini di Kabupaten Garut terdapat sekurangnya 360.000 kaum perempuan yang berstatus janda, ungkap Wakil Bupati.
Sementara itu, Deputi Bidang Peningkatan Kualitas Hidup Perempuan pada Kementerian Pemberdayaan Perempuan , Setiawati J. Arifin, MSc mengemukakan, diperlukannya semua kalangan bebas dari bias dengan strategi dan visioner yang jelas, guna mewujudkan kemandirian perempuan.
Ia menyatakan, masih banyak permasalahan krusial yang dihadapi perempuan di Indonesia, diantaranya masalah sosial budaya, sosial ekonomi, pendidikan, politik serta kesenjangan lainnya.
Kepala Dinas Kesehatan Garut, Hendy Budiman, M.Kes menjelaskan, jajarannya masih melakukan identidikasi lanjutan terhadap 42 warga Kersamanah yang menderita gila itu, penyebabnya bisa akibat genetika, lingkungan serta beratnya permasalahan yang mereka hadapi.
Masyarakat yang mengalami gangguan kejiwaan di Kabupaten Garut, angkanya cukup tinggi di Provinsi Jawa Barat, bahkan sejak tahun 2002 lalu terdapat warga Kersamanah yang terpaksa dipasung selama delapan tahun akibat sering mengamuk dan bisa melakukan pengrusakan.
Untuk diklasifikasikan sebagai kejadian luar biasa (KLB), masih diperlukan berbagai kajian serius termasuk membuktikan nilai kebenaran terjadinya 42 warga satu desa penderita "schizophherenia", katanya.
Jenis penderita penyakit itu, bisa diawali dari depresi (stres) ringan, sedang dan berat sehingga pola penanganannya harus instensif dan berkelanjutan, kata Kepala RSU dr Slamet Garut, dr Widjayanti Utoyo, SPM menambahkan.
Perhelatan semiloka tersebut, khusus diikuti 35 pejabat eselon II di lingkungan Pemkab/Setda Garut, berlangsung sehari penuh, dimaksudkan agar mereka memiliki kebijakan dalam pengarusutamaan gender, kata Ketua Team Leader SCB-DP selaku penyelenggara DR Hari Sudradjat.
sumber:
http://www.wahanaindonesia.com/
http://www.wahanaindonesia.com/