On The Spot

Sekelumit Fenomena Pemilu 2009

MARAKNYA sosialisasi Calon Legislatif (CALEG) dengan berbagai “cara”, membuat masyarakat semakin bingung harus percaya yang “mana”. Ingin Golongan Putih (GOLPUT)—tidak memilih/netral, kata Majelis Ulama Indonesia (MUI) haram, tidak GOLPUT, hampir semua CALEG diragukan untuk bisa dipercaya. Terus bagaimana? Milih, apa tidak usah memilih?

Sudah menjadi rahasia umum, ketika para CALEG menggunakan berbagai metode/langkah untuk bisa memenangkan pemilu ini. Mulai meminta bantuan spiritual dari Dukun, membayar para calon pemilih tetap untuk memilihnya, menggalakkan kegiatan-kegiatan sosial—membuka Les-lesan untuk anak sekolah, membagikan sembako, memberikan diskon biaya perawatan kesehatan, memberi sumbangan pembuatan fasilitas di desa-desa, dsb. Bisa dikatakan, pelayanan para calon wakil rakyat ini sangat Pro dengan kebutuhan rakyat. Dan itu semua sepertinya, tujuannya hanya satu, mereka bisa menarik simpati masyarakat, agar mau memilihnya dan menang dalam pemilu.

Anehnya, berdasarkan pengalaman-pangalaman sebelumnya, hal-hal semacam ini—bantuan spontan, hanya berlangsung saat menjelang pemilu, dan disaat pemilu usai, semua “bantuan” itu berhenti dengan sendirinya, seolah-olah semua sudah cukup. Dan nampaknya langsung berbalik 180 derajat, yang awalnya nampak Pro rakyat, langsung seakan kontra.

SELAIN bantuan, dalam kampanye, para caleg juga berorasi, menyampaikan visi, misi, dan janji-janji lainya. Mulai dari mengutamakan kepentingan rakyat miskin, memperluas lapangan pekerjaan, mengutamakan pendidikan, dsb. Ya, pokoknya itulah…., tapi sepertinya, itulah bahasa politik, menarik simpati rakyat, demi menang dalam pemilu.

Perlukah kita percaya dengan hal-hal semacam itu? Tidak perlu dijawab, tapi lakukan saja, kalau memang jawaban Anda terbaik untuk masa depan bangsa ini.

Saat ini, perlu kita pikirkan bagaimana memilih wakil rakyat untuk lima tahun ke depan, bukan hanya untuk saat ini. Jadi sebagai masyarakat, kita harus mempertimbangkan hal-hal berbau suap, bantuan-bantuan, yang sifatnya membeli suara. Saya pribadi tidak melarang, masyarakat untuk tidak menerima bantuan, kalau memang itu bermanfaat, terima saja. Tapi urusan milih/nyontreng, harus yakin hati Anda dan jangan terpengaruh dengan bantuan, suap, janji, dsb.

Coba kita pikir bersama, jika para caleg dalam masa kampanye memberikan bantuan, baik dalam bentuk uang tunai maupun barang, di setiap-setiap daerah, sehingga menghabiskan uang puluhan juta, bahkan ratusan juta. Kalau kita hubungkan dengan sifat manusia yang sebenarnya, siapa sih yang mau rugi? Lalu, mungkin atau tidak, mereka akan melakukan “seribu cara” agar uang yang telah mereka keluarkan bisa segera kembali—ketika menjadi wakil rakyat. Kalau sempat dan perlu, renungkan hal itu…!

My PictureFenomena caleg yang lain pun aneh-aneh, percaya atau tidak, banyak Dukun sekarang ini yang melayani beberapa caleg dari berbagai Partai Politik (Parpol). Dan ini juga sudah menjadi rahasia umum. Kepercayaan mereka dengan dukun, jelas menunjukkan lemahnya kepercayaan mereka pada dirinya sendiri dan Tuhan—dipertanyakan keimanannya. Lalu mau jadi apa Negara ini, kalau pemimpinnya “tidak beriman?”

Di sisi lain, marakanya kampanye, persiapan masyarakat dalam menentukan wakil-wakil mereka yang akan duduk di kursi pemerintahan, malah ada masyarakat yang cuek dan tidak akan memilih di pemilu 2009 ini, mereka bilang, “lebih baik saya kerja, dapat 20.000 sehari, dari pada harus membuang waktu ½ hari hanya untuk mencontreng caleg-caleg yang tidak jelas,” pernyataan ini saya dengar dari berita di stasiun teve beberapa hari yang lalu, bahkan ada yang menyatakan, “kalau ada uang kami akan datang ke TPS dan akan menggunakan hak pilih saya, kalau tidak, lebih baik saya kerja.”

Padahal menggunakan hak pilih atau tidak, jumlah anggota legislatif pada setiap daerah tetap saja sama, tidak mungkin berkurang. Seperti kota Salatiga misalnya, meskipun banyak yang tidak memilih, tapi tetap, anggota DPRD nanti berjumlah 25 orang. Dan jika para pemilih tidak menggunakan hal pilihnya, maka kesempatan caleg berduit akan lebih besar, karena sekarang masih banyak masyarakat yang mau dibeli suaranya, tanpa memikirkan masa depan bangsa.

Banyaknya orang menyatakan GOLPUT pada pemilu 2009 ini, membuktikan bahwa mereka frustasi, tidak percaya lagi pada para caleg yang diusung Parpol. Kalau memang mereka sudah tidak percaya lagi dengan Parpol yang sudah ada, berarti saatnya mereka membuat parpol baru, dimana itu yang bisa dipercaya tentunya. Mampukah?

Tanpa kita sadari, kita berada dalam permainan para elite politics, yang sibuk dengan pesta demokrasi, untuk bersaing duduk dalam kursi emas pemerintahan. Ibarat permainan sepak bola dalam Play Station, kita adalah pemain bola yang ada di dalam monitor, dan para elite politics adalah yang manjalankan dengan kedua Stek-nya.

Bangsa ini memang ruwet… dan penuh permainan…,

Jadi jika ingin memilih, ya pilihlah yang Anda yakini itu mampu membawa perubahan Bangsa ke depan, bagi saya itu hak masing-masing orang, dan saya tidak menyuruh untuk tidak memilih maupun memilih. Saya hanya berharap, mari kita pikirkan masa depan bangsa ini, dengan bagaimana mewujudkan seperti apa yang dicita-citakan Bangsa ini.

sumber:

http://bejosaputro.wordpress.com/

Entri Populer