On The Spot

Reaktor Nuklir Israel di Dimona


Bagaimana Israel sampai mempunyai senjata nuklir? Sejarahnya cukup panjang. Minat bangsa ini terhadap nuklir sudah hadir ketika Israel lahir, 1948. Terbukti dengan dibentuknya pada tahun yang sama, sebuah badan riset dan perencanaan di kementerian pertahanan yang bertugas menjajaki kemungkinan penambangan uranium dari gurun Negev. Setahun kemudian, badan ini diperkuat oleh lembaga serupa di Institut Weizmann, Universitas terkemuka Israel.




Tak heran jika pada awal 1950-an Israel telah menguasai teknologi menyarikan uranium dari bijih fosfat. bahkan telah mampu membuat percontohan reaktor pengaman yang diperlukan untuk menjalankan reaktor nuklir sengan uranium alamiah yang belum diperkaya. Maklum negara ini tidak kekurangan tenaga ahli yang piawai. Termasuk diantaranya presiden pertama Israel, Chaim Weizmann, ahli kimia bereputasi internasional penemu zat acetone itu.



Merekalah yang merupakan modal Israel dalam kerja sama nuklir dengan Prancis, khususnya untuk pengembangan proyek bom nuklir. Untuk itu Prancis tak segan-segan menyumbangkan sebuah reaktor yang didirikan di Dimona, sebelah utara gurun Negev, 1963. Di reaktor inilah bom laknat pertama Israel lahir. Peristiwa ini tidak memancing keributan, karena reaktor itu tak berada dalam pengawasan badan energi atom internasional (IAEA) seperti reaktor sumbangan AS di Nahal Soreq. Bahkan keberdaannya pun dirahasiakan hingga Perdana Menteri Ben Gurion selalu menyebut proyek nuklir ini sebagai "Pabrik Tekstil"




Berkat bantuan pakar Israel-lah, Prancis sukses meledakkan bom atom pertamanya di gurun Sahara, 13 Februari 1960. Kehadiran ahli-ahli nuklir Yahudi pada pengetesan ini, serta keluwesan Prancis dalam memberikan data percobaannya, menyebabkan Israel merasa mampu membuat bom yang handal tanpa perlu melakukan peledakan. Dengan demikian pula Israel bisa menyembunyikan bom-bom nuklirnya dari mata dunia.






Dari Mordechai Vanunu lah dunia mengetahui tentang kegiatan reaktor nuklir di Dimona, Sebagaimana dibeberkan Vanunu kepada The Sunday Times yang akhirnya diterbitkan pada 5 Oktober 1986 , Laboratorium ini mampu memproduksi 10 unit nuklir setiap tahunnya. Saat itu Israel telah memiliki 150-200 senjata nuklir. Kesaksian Vanunu ini sudah diuji kebenarannya oleh pakar Inggris yang bekerja sama dengan surat kabar The Sunday Times, termasuk keaslian foto-foto yang diambilnya secara mencuri-curi.






Yang menjadi keanehan adalah Israel yang jelas-jelas rektor nuklirnya telah memproduksi bom nuklir tidak pernah di permasalahkan oleh dunia internasional, berbeda dengan perlakuan dunia internasional terhadap Iran, yang telah menyatakan program nuklirnya untuk pembangkit listrik tetap dinilai berbahaya oleh barat.





Dan tahukah anda bahwa Israel tak pernah membiarkan ada negara lain untuk mengembangkan nuklir walaupun untuk keperluan sipil, Israel pernah membom reaktor nuklir Osirak milik Irak tahun 1981 saat Iraq sedang terlibat perang dengan tetangganya Iran, padahal reaktor tersebut berada dibawah pengawasan IAEA, dan tahukah anda bahwa Israel pernah berkali-kali menawarkan jasa baiknya pada India untuk mengebom reaktor nuklir Kahuta milik Pakistan namun tawaran itu ditolak India. dan reaktor nuklir Iran sekarang pun sedang dalam perencanaan untuk dihancurkan.

Entri Populer