On The Spot

Jejak “Calo” Kampanye


demo2Sebentar lagi, pemilihan legislatif dimulai. Kampanye dari panggung satu ke panggung laen tampak hingar bingar, bahkan kerap ngundang artis, minimal artis di kampung itu. Biar lebih semarak, si caleg ngadain dorprize. Pertanyaanya mudah saja, tanggal 9 April mau pilih siapa?

Sambil menunggu acara yang dinanti-nanti, dorprize dan goyang dangdut, massapun maju ke depan panggung. Begitu dekat, satu persatu para caleg maju ke paling depan panggung. Dan entah sadar atau tidak, dan mengumbar janji di depan pendukungnya.

Di depan panggung, orang-orang yang menggunakan kaos senada dengan warna partai, hanya bisa teriak “hidup”, yang itupun saya gak ngerti, mereka itu sadar atau tidak atau jangan-jangan karena hapal di luar kepala saja, karena hampir setiap hari ganti warna kaos saja.

Bagi ratusan orang, masa kampanye adalah masa panen duit dan berlebaran. Setidaknya setiap hari mereka pakai baju baru dan setiap hari hidup mereka sudah dijamin, minimal minum, nasi sebungkus, rokok sebatang dan pulang bawa Rp20 ribu. Soal realisasi janji-janji caleg, diserahkan saja kepada yang di Atas.

Mereka masa bodo dengan janji yang diucapkan oleh si pembayar. Yang dia tahu, cuma kata “hidup” dan goyang kalau ada hiburan dangdut. Setelah itu nunggu dorprize dari caleg, kali-kali saja dapet hadiahnya, lumayan angkanya lebih gede, Rp100 ribu.

Usai kampanye, habis perkara. Kewajiban sudah dipenuhi, soal milih adalah soal pilihan. Dan malam harinya, tinggal lihat jadwal, partai mana yang akan kampanye lagi. Pagi-poagi betul, cari bendera dan kaos partai. Sekitar jam 10.00 WIB pamitan ke anak-istrinya. “Nak, Bapak mau usaha. Doakan semoga sukses…”

Entri Populer