Fenomena Ponari (dukun cilik) -bukti lemahnya moral dan ekonomi-
Setelah beberapa waktu yang lalu, kita dihebohkan oleh praktek-praktek aborsi ilegal, baik yang dilakukan oleh dokter ‘ilegal’, bahkan yang ‘legal’ sekalipun. Kali ini giliran praktek-praktek di bidang keilmuan yang lain . Beberapa waktu lalu kita dihebohkan oleh sebuah fenomena praktek “perdukunan” di tanah air kita. Hal ini memang bukan yang pertama kali, juga dalam hal merenggut korban nyawa. Sangat disayangkan memang, namun begitulah wajah masyarakat ibu pertiwi. Untuk fenomena yang satu ini, datang -lagi- dari daerah Jombang, Jawa Timur. Belum lekat dari ingatan kita tentang “Ryan Si Penjagal”, kini Jombang punya cerita baru tentang “Ponari dan batu ajaibnya”:D
Masyarakat dari berbagai daerah berbondong-bondong berobat ke bocah kelas III SD asal Dusun Kedungsari, Desa Balongsari, Kecamatan Megaluh yang berujung pada malapetaka. Ponari yang terlihat biasa-biasa saja, layaknya anak umur 10 tahun yang lain, dan bertingkah normal seperti anak seusianya, tidak ada yang aneh dengannya. Namun apa yang membuat Ponari tiba-tiba menjadi terkenal?
Semuanya berawal dari sebuah ‘batu sakti’, Ponari mendadak memiliki kemampuan untuk menyembuhkan orang sakit setelah dirinya tersambar petir sekitar dua bulan lalu. Setelah peristiwa itu Ponari menemukan sebuah batu seukuran telur ayam di kepalanya. Mulanya batu tersebut dibuang. Namun entah bagaimana batu tersebut kembali kepada Ponari. Setelah sebanyak tiga kali, batu yang coba dibuang itu selalu kembali, maka Ponari dan keluarga pun memutuskan untuk menyimpannya. Batu berwarna kuning itu konon sangat berkhasiat. Hanya dengan mencelupkan batu tersebut ke dalam air, maka orang yang meminum air bekas rendaman batu tersebut akan sembuh dari penyakit yang dideritanya. Masuk akal tidak?
Mungkin para pakar geologi perlu meneliti batu tersebut, apa yang terkandung di dalamnya. Atau ahli kimia juga perlu melakukan penelitian ilmiah tentang batu yang kesambet petir yang ‘mungkin’ bisa mengandung unsur-unsur kimiawi akibat reaksi listrik super dahsyat yang cukup signifikan sehingga apabila batu itu di celupkan ke air -sebagai mediasinya- bisa berkhasiat untuk pengobatan . Atau ini hanya berkaitan dengan apa yang dikatakan para ahli kejiwaan sebagai ’sugesti’, seperti yang diungkap oleh Dra Denok Wigati Msi, dosen Fakultas Psikologi di Universitas Darul Ulum Jombang.
Beberapa pihak -terutama dari kalangan ulama dan tokoh agama lainnya- melihat fenomena ini sebagai kemunduran umat dan rendahnya moral. Semudah itu masyarakat kita yang tercatat sebagai umat beragama, percaya dan hanyut dalam iring-iringan barisan hingga sejauh lima kilometer hanya untuk menunggu seorang bocah kecil yang digendong oleh orang dewasa, mencelupkan sebuah batu kecil dalam genggaman tangannya ke dalam wadah yang berisi air yang dibawa oleh para ‘pasien’ ini.
Hal ini akhirnya sampai juga di telinga ormas-ormas Islam di negara kita, terutama Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah. Seperti yang diungkap Wakil Katib Syuriah PWNU Jawa Timur KH Abdurrahman Nafis menilai peristiwa di Jombang itu membuktikan bahwa masyarakat masih lemah moral dan ekonomi. Himbauan kepada masyarakat pun diminta agar tidak lantas percaya apalagi sampai menimbulkan syirik. Yang tidak kalah penting beliau juga mengimbau agar pemerintah kabupaten setempat memberikan pelayanan kesehatan yang terjangkau bagi masyarakat terutama yang kurang mampu. Pemerintah juga harus memberikan pelayanan yang terjangkau karena mungkin ekonomi masyarakat tidak cukup untuk menjangkau pengobatan medis. Dan saya pribadi sepakat dengan himbauan tersebut, namun jangan hanya sampai pada batas ‘himbauan’ saja, masyarakat butuh realisasi dari pembuktian himbauan tersebut. Sejalan dengan kekhawatiran saya bahwa masalah ini sengaja ada yang memanfaatkan dan semata-mata hanya untuk mencari keuntungan saja. Hanya karena rendahnya pelayanan kesehatan bagi rakyat kurang mampu, maka tidak heran apabila mereka memilih jalur alternatif seperti yang ditawarkan “Ponari cilik” dan juga “Ponari gede’” -you know lah what i mean… -.
sumber:
http://firariswiyandi.wordpress.com/2009/02/15/fenomena-ponari-dukun-cilik-bukti-lemahnya-moral-dan-ekonomi/