Perang Sengit Gaza, Pengecut Israel Gunakan Perlindungan Warga Gaza

"Ini adalah hal yang biasa dilakukan oleh tentara Israel untuk memasuki rumah, mengunci keluarga di dalam kamar di lantai bawah tanah dan menggunakan rumah peristirahatan sebagai pangkalan militer,
seperti untuk posisi para penembak jitunya," kata suratkabar The Guardian kemarin, mengutip pernyataan Donatella Rovera, seorang penyelidik Amnesti Internasional di Israel."Ini adalah kasus mutlak penggunaan perisai manusia," tegasnya kepada
harian itu sebagaimana dikutip IINA.
Pada pekan lalu, Amnesti menuduh negara Yahudi itu menggunakan masyarakat sipil sebagai tameng manusia.Rovera mengatakan bukan pertama kalinya Israel menggunakan warga sipil Palestina sebagai perisai manusia dalam serangan-serangannya. Pasukan Israel sudah melakukannya selama bertahun-tahun dan mereka mengulangi lagi di Gaza sekarang.
Dalam beberapa kasus yang didokumentasikan dengan baik, pasukan Israel memaksa penduduk sipil Palestina, dengan todongan senjata. Mereka juga menggunakan warga Palestina yang diancam untuk mencari pejuang-pejuang Palestina dengan mendekati rumah mereka dan kemudian meminta mereka untuk menyerah.Pada tahun 2005, Mahkamah Agung Israel melarang praktek demikian militernya, yang menggunakan rakyat sipil Palestina sebagai perisai manusia dalam melakukan serangan-serangannya.Penggunaan perisai manusia dalam konflik dilarang berdasarkan Konvensi Jenewa.
Rovera juga menuduh pasukan negara Yahudi itu melakukan kejahatan-kejahatan perang dengan menggunakan senjata-senjata yang menyebabkan kematian yang tinggi, di antara 1,6 juta penduduk
Gaza."Terjadi serangan tanpa henti dan tidak proporsional lagi, dan dalam beberapa kasus mereka melakukan serangan membabibuta," katanya.Mereka juga menggunakan senjata yang tak boleh digunakan di daerah-daerah yang padat penduduk, karena hal itu akan mengakibatkan kematian penduduk sipil, kata penyelidik dari Amnesti Internasional itu.
Dijelaskan, tentara Israel juga menggunakan rudal-rudal canggih yang bisa memandu terhadap mobil yang sedang bergerakpun, dan mereka memilih menggunakan senjata-senjata lain, atau memutuskan untuk menjatuhkan bom di satu rumah yang diketahui di dalamnya terdapat anak-anak dan wanita.
"Ini sangat, sangat jelas melanggar hukum internasional," tegasnya.Pengamat HAM Human Right Watch (HRW) menuduh Israel menggunakan fosfor putih, senjata kimia yang bisa membakar habis tubuh manusia sampai ke tulang-tulangnya, ditembakkan ke Gaza.
Pada Konvensi Ketiga mengenai Konvensi Larangan-larangan Senjata 1980,penggunaan fosfor putih sebagai senjata, bahkan pada target-target militer yang di dekatnya terdapat pusat penduduk dilarang.John Ging, direktur operasi UNRWA di Gaza Selasa menyerukan perlunya dilakukan investigasi penuh atas laporan-laporan mengenai penggunaan senjata-senjata ilegal itu oleh Israel, dalam perang yang telah berlangsung 18 hari itu.Dia juga mengimbau masyarakat internasional untuk memberikan perlindungan terhadap masyarakat sipil di Gaza, seperti yang dituntut oleh Konvensi Jenewa 1949.
Perang Sengit dalam Kota Gaza, Anak-anak, Wanita Palestina Terjebak
Tank-tank Israel bergemuruh memasuki jauh ke dalam kota-kota di Gaza Kamis pagi untuk membanjiri daerah-daerah terdekat pusat Kota Gaza dan memasuki sebuah kota besar di selatan Gaza, demikian saksi mata dan para koresponden.Suara tembakan meriam tank-tank Israel membelah udara laksana guntur dan asap hitam nan tebal membumbung memenuhi udara daerah-daerah Tal al-Hawa, Zeitun dan Shujaiyeh di Kota Gaza, pusat keramaian utama pantai Jalur Gaza.
Pertempuran pecah di kota utara Jabaliya dan pasukan darat Israel yang dilindungi lusinan tank menusuk masuk setidaknya satu kilometer memasuki kota selatan Khan Yunis.Pagi harinya, lusinan warga yang ketakutan sambil membawa bayi, anak-anak mereka yang baru bisa berjalan, dan anak-anak agak besar mengungsi ke rumah sakit Al-Quds di Tal Al-Hawa, di area terpencil di barat daya Kota Gaza, yang menjadi situs yang berulangkali menjadi sasaran serangan mendadak Israel di pekan terakhir ini.
Bunyi dentuman meriam, serangan udara, artileri, helikopter tempur dan senapan otomatis bercampur menjadi sebuah suara sangat bising yang sangat kacau, begitu pertempuran berkecamuk hanya kurang dari 300 meter dari rumah sakit itu.Para pejuang bersenjata Hamas mengenakan seragam biru dan hitam, salah satunya membawa bendera hijau gerakan Hamas, berlari di jalanan hanya 100 meter dari rumah sakit itu sambil menembakkan senapan Kalashnikov mereka.
Di dalam rumah sakit para warga daerah-daerah sekitar Kota Gaza berlindung berjubel-jubel sebisa mereka. Para ibu mencoba menenangkan anak-anak mereka yang menangis dan mencoba mengalihkan mereka untuk tertawa
kembali."Saya membawa anak-anak ke rumah sakit karena mereka ketakutan di rumah, tapi di sini malah mereka menjadi semakin ketakutan," kata Hossein (40) yang datang dengan istri dan kelima anaknya setelah tank-tank Israel menggasak kampungnya saat fajar datang.
"Rumah di depan rumah kami hancur total akibat pertempuran itu sehingga kami harus keluar rumah. Kami tak bisa bertahan lama. Lihatlah anak-anak kami, mereka merinding ketakutan."Bashar Murad, seorang dokter dan kepala angkutan ambulans Bulan Sabit Merah, hanya bisa menunggu untuk membantu para korban yang terjebak di medan pertempuran dengan setengah putus asa.
"Saya melihat tiga mayat 500 meter (di depan saya), tapi saya tak bisa mengungsikannya," kata sang dokter."Saya ada sejumlah korban luka kurang dari satu kilometer dari sini, tapi saya tidak bisa bergerak tanpa izin," kata Murad.Sebelum ambulans bergerak, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) harus menuntut tentara Israel untuk memberi lampu hijau guna mundur ke satu wilayah tertentu, katanya."Sulit buat saya untuk diam di sini manakala orang-orang sedang sekarat. Tapi saya tak punya pilihan apapun." (antara)
sumber: