11 Dokter Arab Berhasil Masuk ke Gaza Lewat Gerbang Rafah
Berikanlah Comment kepada Blog ini biarkan Penulis Sedikit Dihargai
Jurubicara Perbatasan dan Perlintasan Palestina, Adil Za’rab menegaskan 11 orang dokter Arab, Jum’at (09/01) malam berhasil masuk Jalur Gaza melalui gerbang perbatasan Rafah untuk menolong korban luka akibat agresi Zionis Israel.
Kepada koresponden Infopalestina, Za’rab mengatakan 9 orang dokter dari Mesir dan dua dokter dari Yaman dan Maroko telah masuk melalui gerbang (Rafah). Mereka memiliki semangat besar untuk membantu menyelamatkan korban luka Palestina. Mereka baru bisa masuk ke Jalur Gaza setelah menunggu sangat lama untuk mendapatkan izin dari otoritas Mesir.
Za’rab juga menyebutkan masuknya 3 mobil ambulan yang datang dari Yordania dan 14 truk obat-obatan. Sementara itu hanya satu orang korban luka saja yang diizinkan ke luar untuk berobat.
Puluhan dokter Arab sudah berhari-hari berupaya untuk masuk ke Jalur Gaza. Namun otoritas Mesir menghalangi mereka. Meskipun mereka sudah menandatangani perjanjian bahwa masuknya mereka ke Jalur Gaza atas tanggung jawab pribadi mereka.
Dalam pada itu, Komisi Pemerintah untuk Pembebasan Blokade, Kamis (08/01), menegaskan hanya 5 truk pembawa obat-obatan yang masuk ke rumah sakit Jalur Gaza melalui gerbang Rafah.
Dalam pernyataan, Jum’at (09/01), komisi mengatakan hanya 8 orang korban luka saja yang bisa meninggalkan Jalur Gaza melalui gerbang Rafah. Belum ada sama sekali masuknya truk yang membawa bahan makanan melalui gerbang Rafah sampai sekarang.
Komisi meminta otoritas Mesir membuka gerbang Rafah secara terus menerus, guna mensupai Gaza dengan bahan makanan dan obat-obatan. Mesir diminta segera memasukan bantuan medis dan makanan yang saat ini ada di gerbang perbatasan Rafah untuk meringankan penderitaan warga Palestina yang menjadi korban terorisme Israel yang berkelanjutan atas Jalur Gaza.
Menteri Kesehatan Palestina Dr. Baseem Naeem sebelumnya telah menegaskan bahwa korban pembantaian terbuka yang dilakukan Zionis Israel di Jalur Gaza sejak hari Sabtu (27/12), terus bertambah banyak. Terlebih ada ratusan korban luka yang dalam kondisi kritis dan puluhan lainnya masih di bawah puing-puing reruntuhan.
Naeen menegaskan persediaan obat-obatan dan kebutuhan medis lainnya sangat kurang untuk menghadapi kondisi darurat ini. Dia mengungakapkan ada 105 jenis obat-obatan utama yang stoknya nol, 225 kebutuhan medis lainnya stoknya juga nol. Sementara itu 93 bahan khusus laboratoriam stoknya juga nol.
Naeem mengatakan 50% mobil ambulan tidak bisa beroperasi karena tidak ada gas dan bahan bakar akibat blockade. Saat ini juga sangat dibutuhkan pembangkit listrik. Naeem menegaskan semua itu sudah terjadi sejak sebelum pembantaian yang dimulai Israel Sabtu lalu dan akibat blockade Israel.
Dia menyatakan pasukan penjajah Zionis Israel tidak hanya menggempur isntitusi-institusi dan gedung-gedung namun mulai mengempur fasilitas-fasilits sipil dan rumah-rumah warga. Ada puluhan peringatan untuk mengosongkan rumah dan ancaman kepada para penghuninya akan dihancurkan di atas kepala mereka. Dia meminta pengiriman tim medis Arab dan rumah sakit-rumah sakit lapangan untuk membantu pengobatan korban luka di saat-saat korban tiba. Dia mengimbau Negara-negara Arab untuk mengirim obat-obatan dan kebutuhan medis secepatnya dan mengganti kekurangan mobil ambulan dengan mengirim mobil ambulan yang siap beroperasi.
Pihak Mesir sendiri tetap menolak membuka pintu gerbang Rafah untuk pengiriman obat-obatan, peralatan medis serta tim medisnya ke Jalur Gaza. Mesir hanya mengizinkan pengiriman korban ke gerbang Rafah untuk kemudian diangkut ke Mesir atau Negara Arab lainnya. Itupun dalam jumlah sangat terbatas.
Naeem mengatakan, “Ada kesulitan membawa korban ke luar Jalur Gaza. Padahal ada banyak korban luka yang sangat serius. Apapun upaya membawa korban dengan tidak aman justru membuat hidup mereka terancam bahaya.”
Dia mengatakan, “Kami siap membawa korban luka kapan kondisi stabil.” Dia menegaskan bahwa pemerintah Haniyah sudah meminta mobil ambulan di perbatasan Mesir masuk ke Gaza untuk mengevakuasi korban namun mereka menolak dengan alasan politik. Naeem mengatakan, “Siapa yang ingin membantu rakyat Palestina dalam ujian ini maka harus memudahkan sampainya tim dokter dan rumah sakit lapangan masuk secepatnya pada saat-saat sulit di Jalur Gaza.”
Menurutnya, sudah ada ratusan dokter Arab yang menunjukkan kesiapan mereka untuk masuk ke Jalur Gaza. Sebagian mereka sudah bermalam di sisi perbatasan Mesir dari gerbang Rafah berharap bisa masuk. Namun otoritas Mesir menahan mereka.
Dia menambahkan, bahkan tim medis dari departemen kesehatan Palestina sudah berada di sisi Jalur Gaza dari gerbang Rfah sejak pagi untuk menerima bantuan medis Arab, namun otoritas Mesir tidak mengizinkan mereka masuk hingga saat ini.(seto)
http://antipemurtadan.wordpress.com