Kamus Besar Bahasa Indonesia Online
Akhirnya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kini telah menjelma dalam sebuah website khusus, dan tidak hanya bisa kita baca lewat sebuah buku tebal yang berisi sejumlah kata-kata beserta makna yang melekatinya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online ini bisa anda kunjungi di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
Saya cukup prihatin atas semakin lunturnya budaya berbahasa Indonesia yang baik dan benar di sekitar kita dewasa ini. Tayangan televisi makin jauh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan benar. Lingkungan pun mengajarkan bahasa yang lebih luwes dan lebih 'gaul'. Bahasa juga akan semakin gaul seiring berjalannya waktu. Dan bahasa gaul pun semakin menjadi-jadi. Apalagi kini ada satu aliran bahasa gaul lagi setelah bahasa gaul terbitan Debby Sahertian, apalagi kalau bukan bahasa gaul Cincha Lawrah (baca: Cinta Laura) penggila cuna syusyi (baca : tuna sushi) yang paling tidak suka saat sedang ujan, becek, gak ada ojek.
Memang sih bahasa selalu berkembang mengikuti jalannya perkembangan budaya dan peradaban manusia. Tapi rasa kangen terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar itu selalu ada tentunya... Melihat mundur ke masa 1980-an saat film-film nasional menerapkan bahasa Indonesia yang bisa dikatakan cukup baku dalam penggunaan istilah-istilah bahasa Indonesia. Sangat jauh beda dengan tayangan televisi saat ini yang mencekoki anak-anak muda kita dengan bahasa gaul yang gemar membolak-balik susunan kata dan mencampuradukkan makna yang terkandung padanya. Lama-kelamaan bahasa yang baik dan benar hanya bisa ditemui dalam skripsi dan bentuk-bentuk tulisan ilmiah lainnya, bukan begitu? haha
Gaul identik dengan kemajuan, dan sebaliknya jika tidak gaul maka lekat dengan kekolotan dan ketinggalan jaman serta mengalami keterbelakangan. Hari gini gitu loh....! Yeee... Sekarang hari sabtu! Emang hari gini, gelasa, gabu, gamis, gumat, gabtu, ginggu?
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) online ini bisa anda kunjungi di http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/
Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dikenal dengan sebutan KBBI terbit pertama 28 Oktober 1988 saat Pembukaan Kongres V Bahasa Indonesia. Sejak itu kamus tersebut telah menjadi sumber rujukan yang dipercaya baik di kalangan pengguna di dalam maupun di luar negeri. Setiap ada permasalahan tentang kata, KBBI selalu dianggap sebagai jalan keluar penyelesaiannya. Selain muatan isi, KBBI memang disusun tidak sekedar sebagai sumber rujukan, tetapi menjadi sumber penggalian ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, serta peradaban Indonesia. Oleh karena itu, rujukan tersebut kemudian semakin mengakar di dalam kehidupan berbahasa Indonesia walaupun upaya penyempurnaan isi tidak selamanya mengimbangi perkembangan kosakata bahasa Indonesia.
KBBI daring ini merupakan upaya penyediaan kemudahan akses terhadap Kamus Besar Bahasa Indonesia di manapun, kapanpun, dan siapapun selama dapat memanfaatkan jaringan teknologi informasi dan komunikasi.
Pangkalan data KBBI daring ini diambil dari KBBI edisi III. Pemutakhiran dan penyempurnaan isi KBBI sedang dilakukan dan akan diterbitkan dalam edisi IV tahun ini. Tampilan antarmuka KBBI daring sengaja didesain dalam bentuk sederhana agar pengguna tidak menemukan kesulitan dalam penggunaan kamus ini.
Saran dan kritik Anda silakan kirimkan kepada Pusat Bahasa.
Jakarta, 4 Februari 2008
Dr. Dendy Sugono
Kepala Pusat Bahasa
Saya cukup prihatin atas semakin lunturnya budaya berbahasa Indonesia yang baik dan benar di sekitar kita dewasa ini. Tayangan televisi makin jauh dari penggunaan bahasa Indonesia yang baku dan benar. Lingkungan pun mengajarkan bahasa yang lebih luwes dan lebih 'gaul'. Bahasa juga akan semakin gaul seiring berjalannya waktu. Dan bahasa gaul pun semakin menjadi-jadi. Apalagi kini ada satu aliran bahasa gaul lagi setelah bahasa gaul terbitan Debby Sahertian, apalagi kalau bukan bahasa gaul Cincha Lawrah (baca: Cinta Laura) penggila cuna syusyi (baca : tuna sushi) yang paling tidak suka saat sedang ujan, becek, gak ada ojek.
Memang sih bahasa selalu berkembang mengikuti jalannya perkembangan budaya dan peradaban manusia. Tapi rasa kangen terhadap bahasa Indonesia yang baik dan benar itu selalu ada tentunya... Melihat mundur ke masa 1980-an saat film-film nasional menerapkan bahasa Indonesia yang bisa dikatakan cukup baku dalam penggunaan istilah-istilah bahasa Indonesia. Sangat jauh beda dengan tayangan televisi saat ini yang mencekoki anak-anak muda kita dengan bahasa gaul yang gemar membolak-balik susunan kata dan mencampuradukkan makna yang terkandung padanya. Lama-kelamaan bahasa yang baik dan benar hanya bisa ditemui dalam skripsi dan bentuk-bentuk tulisan ilmiah lainnya, bukan begitu? haha
Gaul identik dengan kemajuan, dan sebaliknya jika tidak gaul maka lekat dengan kekolotan dan ketinggalan jaman serta mengalami keterbelakangan. Hari gini gitu loh....! Yeee... Sekarang hari sabtu! Emang hari gini, gelasa, gabu, gamis, gumat, gabtu, ginggu?