Sate Ayam Ponorogo
CINDERA MULUT SPESIAL DARI DONNY
Sebuah cinderamulut datang dari seorang sahabat yang memiliki nama julukan Donny itu. Sebuah besek, wadah berbentuk segi empat yang terbuat dari anyaman bambu, terbungkus kresek tas plastik merah jumbo yang didalamnya berisi berpuluh-puluh tusuk sate ayam dan sebongkah sambal sate yang masih padat tiba-tiba berpindah tangan di depan swalayan sakinah dekat kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada senin malam itu.
Dan secarik kalimat basa-basi pun terlontar hangat dari bibir ini, dan dibalas dengan suara lirih yang menandakan bahwa rasa ikhlas itu telah muncul di benak kedua orang tersebut. Serta disusul deretan huruf-huruf pujian yang melayang pada layar selebar 320x240 piksel dengan 256ribu warna pada sebuah fasilitas chat mobile pun terkirim dengan sukses.
Hmm, sebuah pemaksaan yang menghasilkan sebuah hasil sempurna hehe. Si Donny a.k.a Dion ini sedang mudik ke kampung halamannya di Ponorogo dalam rangka bulan madu, entah seperti itulah jawaban yang saya terima saat deal itu tercipta. Nah, berhubung pernah baca ulasan Donny tentang keunggulan dari sate Ponorogo dari sate-sate daerah lainnya di blognya, saya jadi tergerak untuk mencoba mencicipinya dan membuktikannya. Sekalian penghematan juga tentunya, selain tak perlu mengeluarkan sepeser uang untuk transportasi guna bertandang ke markas tukang satenya serta menebus segala jerih payah sang penjual dalam usahanya menyajikan makanan tersebut hehe.
Posting tentang kehebatan sate ponorogo sudah pernah diulas oleh sang empunya cinderamulut, Donny, serta seorang jurnalis kuliner yang bertubuh subur dan pernah memenangi sebuah ajang adu kuliner via goresan tulisan di layar virtual itu, Manda La Mendol, serta keluarga Rustamaji. Silahkan baca sendiri bagaimana detil tentang sate ponorogo ini.
Dan satu kata terucap dari saya untuk kita semua. Mari kita bersama-sama melestarikan kekayaan kuliner bangsa ini...! Menghargai aneka jenis masakan nusantara warisan bumi pertiwi ini tentunya harus lebih digiatkan kembali ketimbang membuang uang berlebihan lewat aneka sajian cepat franchise milik luar negeri yang keuntungannya digunakan untuk menghancurkan muka dunia lewat bom dan peluru itu.
Sebuah cinderamulut datang dari seorang sahabat yang memiliki nama julukan Donny itu. Sebuah besek, wadah berbentuk segi empat yang terbuat dari anyaman bambu, terbungkus kresek tas plastik merah jumbo yang didalamnya berisi berpuluh-puluh tusuk sate ayam dan sebongkah sambal sate yang masih padat tiba-tiba berpindah tangan di depan swalayan sakinah dekat kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada senin malam itu.
Dan secarik kalimat basa-basi pun terlontar hangat dari bibir ini, dan dibalas dengan suara lirih yang menandakan bahwa rasa ikhlas itu telah muncul di benak kedua orang tersebut. Serta disusul deretan huruf-huruf pujian yang melayang pada layar selebar 320x240 piksel dengan 256ribu warna pada sebuah fasilitas chat mobile pun terkirim dengan sukses.
Hmm, sebuah pemaksaan yang menghasilkan sebuah hasil sempurna hehe. Si Donny a.k.a Dion ini sedang mudik ke kampung halamannya di Ponorogo dalam rangka bulan madu, entah seperti itulah jawaban yang saya terima saat deal itu tercipta. Nah, berhubung pernah baca ulasan Donny tentang keunggulan dari sate Ponorogo dari sate-sate daerah lainnya di blognya, saya jadi tergerak untuk mencoba mencicipinya dan membuktikannya. Sekalian penghematan juga tentunya, selain tak perlu mengeluarkan sepeser uang untuk transportasi guna bertandang ke markas tukang satenya serta menebus segala jerih payah sang penjual dalam usahanya menyajikan makanan tersebut hehe.
Posting tentang kehebatan sate ponorogo sudah pernah diulas oleh sang empunya cinderamulut, Donny, serta seorang jurnalis kuliner yang bertubuh subur dan pernah memenangi sebuah ajang adu kuliner via goresan tulisan di layar virtual itu, Manda La Mendol, serta keluarga Rustamaji. Silahkan baca sendiri bagaimana detil tentang sate ponorogo ini.
Dan satu kata terucap dari saya untuk kita semua. Mari kita bersama-sama melestarikan kekayaan kuliner bangsa ini...! Menghargai aneka jenis masakan nusantara warisan bumi pertiwi ini tentunya harus lebih digiatkan kembali ketimbang membuang uang berlebihan lewat aneka sajian cepat franchise milik luar negeri yang keuntungannya digunakan untuk menghancurkan muka dunia lewat bom dan peluru itu.