Bad Memories
RE-OPENED
Tulisan tidak penting dan ga mutu ini muncul terinspirasi gara-gara kekagetan saya saat sedang asik nongkrong di warung kopi langganan dan membaca-baca koran gratisan dan melihat sebuah poto yang terpampang di sebuah media cetak terkenal, Jawa Pos hari ini tanggal 10 Januari 2008. Begitu membuka halaman Metropolis, tuntas membaca halaman depan, langsung menuju ke halaman berikutnya. Dan di pojok atas terdapat sebuah poto yang mengingatkan kembali memori masa lalu saya, saat masih kecil mungil ingusan dan tolol lugu apa adanya... Hehehehe....
Seorang berkumis tampak begitu gagahnya dalam balutan busana PNS terpampang dalam foto hitam putih. Dan sepertinya saya tak asing lagi dengan wajah seorang yang satu ini. Raut muka sangar dan berwibawa ini mengembalikan fikiranku mengenang masa 11 tahun yang lalu, saat saya baru saja lulus Sekolah Dasar dan menginjakkan kaki di bangku SMP.
Waktu awal masuk SMP dulu masih populernya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) selama 1 atau 2 minggu awal masuk sekolah. Penataran P4 ini ditetapkan oleh Tap MPR No II MPR/1978 dalam bentuk 36 butir Pancasila dengan tujuan agar siswa bisa meresapi dan mengamalkan nilai luhur Pancasila.
Dan pembimbingnya biasanya sih guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila, yang sekarang menjadi PPKn atau PKn ya?). Nah pak guru yang waktu itu kebagian jatah mengajar ya pak guru yang foto sangarnya terpampang di Jawa Pos hari ini tersebut. Nama beliau adalah Pak Sumarwoto, guru SMP saya kelas 1 (sekarang kelas VII) yang ngajar PMP semasa itu dan masih awet mengajar hingga saat ini di SMPN 1 Trenggalek.
Banyak pengalaman buruk yang bisa dikenang saat masa ingusan dulu itu yang berkaitan dengan sosok satu ini. Salah satunya, saya yang harus menerima pukulan di kepala saya dengan sebuah buku tebal yang dipegang pak guru Sumarwoto ini. Bahkan peristiwa itu terjadi saat hari pertama masuk sekolah yang waktu itu masih dalam kegiatan penataran P4. Beuh bandel sekali ni anak.
Apa pasal? Saya bikin gaduh di kelas saat penataran P4. Dasar gara-garanya sok suka cari perhatian. Maklum saat itu saya ini belum punya teman sama sekali, berhubung sebelumnya saya sekolah di Gresik. Walhasil si biang gaduh pun disuruh maju ke depan dan menerima hadiah pukulan di kepalanya. Dan si Erwin yang dulu bersama saya juga pernah kena razia polisi di video game center pun juga kena getahnya karena ikut-ikutan bikin gaduh juga. Akibatnya si Erwin pun terpaksa harus duduk jongkok di luar kelas dan mendapatkan tendangan maut ala Ksatria Baja Hitam pada (maaf) bokongnya. Hahahahahaha.... What a funny story to tell!
Peristiwa ini pun masuk pada buku kenanganku pada sub bab Bad Memories... hehehehe....
NB: Tulisan Pak Guru Sumarwoto bisa dilihat disini atau versi PDF nya disini.
Tulisan tidak penting dan ga mutu ini muncul terinspirasi gara-gara kekagetan saya saat sedang asik nongkrong di warung kopi langganan dan membaca-baca koran gratisan dan melihat sebuah poto yang terpampang di sebuah media cetak terkenal, Jawa Pos hari ini tanggal 10 Januari 2008. Begitu membuka halaman Metropolis, tuntas membaca halaman depan, langsung menuju ke halaman berikutnya. Dan di pojok atas terdapat sebuah poto yang mengingatkan kembali memori masa lalu saya, saat masih kecil mungil ingusan dan tolol lugu apa adanya... Hehehehe....
Seorang berkumis tampak begitu gagahnya dalam balutan busana PNS terpampang dalam foto hitam putih. Dan sepertinya saya tak asing lagi dengan wajah seorang yang satu ini. Raut muka sangar dan berwibawa ini mengembalikan fikiranku mengenang masa 11 tahun yang lalu, saat saya baru saja lulus Sekolah Dasar dan menginjakkan kaki di bangku SMP.
Waktu awal masuk SMP dulu masih populernya penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila) selama 1 atau 2 minggu awal masuk sekolah. Penataran P4 ini ditetapkan oleh Tap MPR No II MPR/1978 dalam bentuk 36 butir Pancasila dengan tujuan agar siswa bisa meresapi dan mengamalkan nilai luhur Pancasila.
Dan pembimbingnya biasanya sih guru PMP (Pendidikan Moral Pancasila, yang sekarang menjadi PPKn atau PKn ya?). Nah pak guru yang waktu itu kebagian jatah mengajar ya pak guru yang foto sangarnya terpampang di Jawa Pos hari ini tersebut. Nama beliau adalah Pak Sumarwoto, guru SMP saya kelas 1 (sekarang kelas VII) yang ngajar PMP semasa itu dan masih awet mengajar hingga saat ini di SMPN 1 Trenggalek.
Banyak pengalaman buruk yang bisa dikenang saat masa ingusan dulu itu yang berkaitan dengan sosok satu ini. Salah satunya, saya yang harus menerima pukulan di kepala saya dengan sebuah buku tebal yang dipegang pak guru Sumarwoto ini. Bahkan peristiwa itu terjadi saat hari pertama masuk sekolah yang waktu itu masih dalam kegiatan penataran P4. Beuh bandel sekali ni anak.
Apa pasal? Saya bikin gaduh di kelas saat penataran P4. Dasar gara-garanya sok suka cari perhatian. Maklum saat itu saya ini belum punya teman sama sekali, berhubung sebelumnya saya sekolah di Gresik. Walhasil si biang gaduh pun disuruh maju ke depan dan menerima hadiah pukulan di kepalanya. Dan si Erwin yang dulu bersama saya juga pernah kena razia polisi di video game center pun juga kena getahnya karena ikut-ikutan bikin gaduh juga. Akibatnya si Erwin pun terpaksa harus duduk jongkok di luar kelas dan mendapatkan tendangan maut ala Ksatria Baja Hitam pada (maaf) bokongnya. Hahahahahaha.... What a funny story to tell!
Peristiwa ini pun masuk pada buku kenanganku pada sub bab Bad Memories... hehehehe....
(The E Team's class/July 25th, 1996) I got the first blow in my head (not was striken by hand, but was stricken by the thick book on my head) by Mr. Sumarwoto - my 1st JHG PPKn's teacher. It was happened 'cos I did some noisy in the class. So embarassing for me that time.
NB: Tulisan Pak Guru Sumarwoto bisa dilihat disini atau versi PDF nya disini.