Harga Beras Naik, Rakyat Semakin Menderita
Harga beras di seluruh daerah di negeri ini mulai merangkak naik menembus kisaran Rp 6000-7000. Padahal sebelumnya harga masih berada di kisaran Rp 4000. Buntut dari kejadian ini adalah rakyat semakin menderita setelah sebelumnya juga telah menderita karena banyak hal. Kenaikan BBM adalah salah satu penyebab semakin menderitanya rakyat, karena pelan tapi pasti semua harga barang di negeri ini ikut-ikutan naik, iri sama BBM. PHK pun menjadi salah satu kata favorit. Banyak karyawan dan pegawai yang kehilangan pekerjaan, entah karena biaya produksi yang melambung atau profit perusahaan yang semakin berkurang atau bahkan merugi. Dan saat ini harga beras yang naik! Harga barang kebutuhan pokok lainnya pun pasti akan naik juga!
Harga beras naik, dan lagi-lagi rakyatlah yang kena imbasnya.
Coba bayangkan sekarang, seorang buruh yang setiap hari hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp 12.000 per harinya. Penghasilan sebesar itu hanya cukup untuk membeli 2 kilogram beras atau bahkan kurang dari itu. Kemudian bagaimana dia memasak beras tersebut agar bisa menjadi nasi yang bisa disantap untuk dia dan keluarganya. Apa cukup nasi saja? Tentunya tidak, mereka pun butuh lauk pauk, minum, buah-buahan atau yang lainnya. Darimana mereka bisa mendapatkannya jika uang yang mereka peroleh sudah habis untuk membeli beras saja? Sementara kebutuhan hidup mereka yang lainnya pun terabaikan. Sandang Papan Pangan mungkin hanya Pangan saja yang akan bisa mereka penuhi.
Bersyukurlah kita yang hidup berkecukupan. Jangan pernah berhenti untuk mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. Karena dengan bersyukur kita akan lebih peka terhadap apa yang orang lain rasakan. Marilah kita turut membantu sesama kita yang ada di sekitar kita yang menderita dan hidup dalam kekurangan.
Disisi lain, kenaikan harga beras yang melambung tinggi ini merupakan representasi dari kegagalan pemerintah dalam menangani urusan beras-perberasan ini. Bagaimana tidak, tentunya anda masih ingat kalimat ini "Indonesia adalah negara agraris" karena kalimat tersebut begitu sangat populer saat kita sekolah di SD dulu. Kita diperkenalkan dengan bangsa kita yang agraris, bahkan ada lirik lagu "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" melambangkan bagaimana suburnya alam negeri ini. Namun kini negeri yang subur itu malah mengalami krisis beras! Aneh tapi nyata.
Pemerintah mengatakan bahwa krisis pangan yang terjadi saat ini adalah karena alam, ulah alam. Alam yang menjadi kambing hitam. Kita tentunya tahu bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa membuat proses tanam sampai panen semakin cepat, membuat semuanya serba mungkin. Kehidupan pun semakin modern. Lantas mengapa beras kok jadi langka? Katanya kehidupan semakin modern, semua bisa instan. Apa kita nanti harus makan yang instan-instan saja? Jelas ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat.
Mungkin kejadian ini adalah sebuah teguran dari yang Maha Kuasa kepada semua orang di negeri ini. Tidakkah cukup bencana yang melanda bangsa ini untuk menyadarkan perilaku kita yang salah. Banjir bandang, hujan badai, lumpur Porong, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi baik itu di darat, laut maupun udara, tanah longsor dan bencana-bencana lainnya. Waktunya kita untuk berbenah dan introspeksi diri lagi.
Sebuah hikmah tentunya hadir dalam setiap kejadian yang terjadi dan mari kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya...
Harga beras naik, dan lagi-lagi rakyatlah yang kena imbasnya.
Coba bayangkan sekarang, seorang buruh yang setiap hari hanya mampu mendapatkan penghasilan Rp 12.000 per harinya. Penghasilan sebesar itu hanya cukup untuk membeli 2 kilogram beras atau bahkan kurang dari itu. Kemudian bagaimana dia memasak beras tersebut agar bisa menjadi nasi yang bisa disantap untuk dia dan keluarganya. Apa cukup nasi saja? Tentunya tidak, mereka pun butuh lauk pauk, minum, buah-buahan atau yang lainnya. Darimana mereka bisa mendapatkannya jika uang yang mereka peroleh sudah habis untuk membeli beras saja? Sementara kebutuhan hidup mereka yang lainnya pun terabaikan. Sandang Papan Pangan mungkin hanya Pangan saja yang akan bisa mereka penuhi.
Bersyukurlah kita yang hidup berkecukupan. Jangan pernah berhenti untuk mensyukuri apa yang telah kita dapatkan. Karena dengan bersyukur kita akan lebih peka terhadap apa yang orang lain rasakan. Marilah kita turut membantu sesama kita yang ada di sekitar kita yang menderita dan hidup dalam kekurangan.
Disisi lain, kenaikan harga beras yang melambung tinggi ini merupakan representasi dari kegagalan pemerintah dalam menangani urusan beras-perberasan ini. Bagaimana tidak, tentunya anda masih ingat kalimat ini "Indonesia adalah negara agraris" karena kalimat tersebut begitu sangat populer saat kita sekolah di SD dulu. Kita diperkenalkan dengan bangsa kita yang agraris, bahkan ada lirik lagu "tongkat kayu dan batu jadi tanaman" melambangkan bagaimana suburnya alam negeri ini. Namun kini negeri yang subur itu malah mengalami krisis beras! Aneh tapi nyata.
Pemerintah mengatakan bahwa krisis pangan yang terjadi saat ini adalah karena alam, ulah alam. Alam yang menjadi kambing hitam. Kita tentunya tahu bahwa kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan bisa membuat proses tanam sampai panen semakin cepat, membuat semuanya serba mungkin. Kehidupan pun semakin modern. Lantas mengapa beras kok jadi langka? Katanya kehidupan semakin modern, semua bisa instan. Apa kita nanti harus makan yang instan-instan saja? Jelas ini merupakan bentuk kegagalan pemerintah dalam menjalankan fungsinya melayani masyarakat.
Mungkin kejadian ini adalah sebuah teguran dari yang Maha Kuasa kepada semua orang di negeri ini. Tidakkah cukup bencana yang melanda bangsa ini untuk menyadarkan perilaku kita yang salah. Banjir bandang, hujan badai, lumpur Porong, kecelakaan-kecelakaan yang terjadi baik itu di darat, laut maupun udara, tanah longsor dan bencana-bencana lainnya. Waktunya kita untuk berbenah dan introspeksi diri lagi.
Sebuah hikmah tentunya hadir dalam setiap kejadian yang terjadi dan mari kita petik hikmah yang terkandung di dalamnya...