Salah Kaprah dalam Pemerintahan kita
Dirjen dan Sekjen.
Anda mungkin sering sekali mendengar dua kata diatas. Tapi apakah anda pernah menyadari bahwa sebenarnya ada yang keliru dalam dua kata tersebut?
Dua kata tersebut mulai muncul dan populer pada saat orde baru. Dirjen merupakan kependekan dari Direktur Jenderal dan Sekjen adalah kependekan dari Sekretaris Jenderal. Lalu apa hubungannya dua jabatan tersebut dengan dunia militer, padahal pada dua jabatan tersebut memiliki unsur kata "Jenderal", yang merupakan salah satu pangkat dalam dunia kemiliteran.
Ini merupakan salah satu bentuk kekeliruan atau salah kaprah yang berlangsung dari dulu sampai sekarang. Kata Dirjen/Ditjen (Direktur Jenderal/Direktoral Jenderal) ini merupakan kata serapan dari bahasa Inggris General Director, dan Sekjen (Sekretaris Jenderal) merupakan kata serapan dari bahasa Inggris General Secretary. Jadi kata Jenderal yang termaksud dalam Dirjen dan Sekjen dalam hal ini merupakan serapan dari kata General. Padahal menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia, kata general ini memiliki arti "umum". Jadi kata yang lebih tepat dan cocok untuk Dirjen dan Sekjen itu sebenarnya adalah Direktur Umum dan Sekretaris Umum. Tapi kenapa kok yang dipilih adalah "Jenderal" bukan "Umum". Apa mungkin para birokrat di era Orde Baru itu gemar dengan hal-hal yang berbau militer? hehe... Atau mungkin ini disebabkan oleh para penguasa yang sebagian besar berasal dari militer yang haus gelar dan pujian? hehe.. Bisa jadi!
Dan kalau saya amati, hanya ada satu istilah "terkenal" lainnya yang benar dalam penyerapan kata asing, yaitu Majelis Umum (General Assembly) dan Rapat Umum (General Meeting). Belum pernah rasanya kita mendengar kata Majelis Jenderal atau Rapat Jenderal. Kurang begitu familiar pada telinga kita, bukan?
Ada tambahan lagi?
Anda mungkin sering sekali mendengar dua kata diatas. Tapi apakah anda pernah menyadari bahwa sebenarnya ada yang keliru dalam dua kata tersebut?
Dua kata tersebut mulai muncul dan populer pada saat orde baru. Dirjen merupakan kependekan dari Direktur Jenderal dan Sekjen adalah kependekan dari Sekretaris Jenderal. Lalu apa hubungannya dua jabatan tersebut dengan dunia militer, padahal pada dua jabatan tersebut memiliki unsur kata "Jenderal", yang merupakan salah satu pangkat dalam dunia kemiliteran.
Ini merupakan salah satu bentuk kekeliruan atau salah kaprah yang berlangsung dari dulu sampai sekarang. Kata Dirjen/Ditjen (Direktur Jenderal/Direktoral Jenderal) ini merupakan kata serapan dari bahasa Inggris General Director, dan Sekjen (Sekretaris Jenderal) merupakan kata serapan dari bahasa Inggris General Secretary. Jadi kata Jenderal yang termaksud dalam Dirjen dan Sekjen dalam hal ini merupakan serapan dari kata General. Padahal menurut kamus bahasa Inggris-Indonesia, kata general ini memiliki arti "umum". Jadi kata yang lebih tepat dan cocok untuk Dirjen dan Sekjen itu sebenarnya adalah Direktur Umum dan Sekretaris Umum. Tapi kenapa kok yang dipilih adalah "Jenderal" bukan "Umum". Apa mungkin para birokrat di era Orde Baru itu gemar dengan hal-hal yang berbau militer? hehe... Atau mungkin ini disebabkan oleh para penguasa yang sebagian besar berasal dari militer yang haus gelar dan pujian? hehe.. Bisa jadi!
Dan kalau saya amati, hanya ada satu istilah "terkenal" lainnya yang benar dalam penyerapan kata asing, yaitu Majelis Umum (General Assembly) dan Rapat Umum (General Meeting). Belum pernah rasanya kita mendengar kata Majelis Jenderal atau Rapat Jenderal. Kurang begitu familiar pada telinga kita, bukan?
Ada tambahan lagi?