Calon Penonton Nilai Kerja Panitia Pertandingan Acak-acakan
Calon penonton laga semifinal kedua AFF Suzuki Cup antara Indonesia dan Filipina menilai cara kerja panitia dalam mengatur sistem penjualan tiket acak-acakan dan tidak tanggap dalam menyampaikan informasi ke kalangan masyarakat.
"Sepertinya cara kerja panitia ini dalam cara menjual tiket acak-acakan. Kami sama sekali tidak tahu kalau hari ini panitia tidak menjual tiket, padahal kami datang dari jauh dan sejak pagi sudah berada di sini untuk mengantri," kata Chairul yang mengaku datang dari Bekasi bersama seorang rekannya di Jakarta, Sabtu.
Chairul merupakan salah seorang calon penonton yang ikut kecele di ring road Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan Jakarta pada hari Sabtu dan akhirnya mendapatkan kupon antrian dari panitia untuk pembelian tiket hari Minggu.
Chairul mengatakan dirinya merasa kesal dengan ketiadaan pengumuman dari panitia bahwa tiket justru baru dijual kembali pada hari-H pertandingan, Minggu.
"Justru saya baru tahu kalau hari ini (Sabtu -Red) tidak ada penjualan tiket. Saya mendengar dari calon penonton lain kalau panitia baru memutuskan hal itu pada pagi hari. Kenapa jadwal penjualan tiket itu tidak diumumkan atau ditulis besar-besar sejak beberapa hari sebelumnya."
"Sepertinya panitia tidak berpikir kalau calon pembeli juga banyak yang bakal datang dari jauh sehingga dengan seenaknya mengatur jadwal penjualan tiket," ujar mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Bekasi ini dengan geram.
Kekesalan calon penonton tampak ketika ribuan calon pembeli tiket sempat berteriak-teriak meminta agar loket dibuka. Namun mereka yang kecewa kemudian melampiaskan kemarahannya dengan "menyerbu" kantor PSSI yang lokasinya berdekatan dengan loket penjualan tiket di Pintu X SUGBK.
Kemarahan tersebut sempat menjurus anarkis dengan aksi pengrusakan papan nama kantor PSSI dan juga menurunkan bendera PSSI kemudian membakarnya persis di halaman kantor induk organisasi sepak bola itu. Bahkan alat pembersih kaki (keset) yang bertuliskan "PSSI" pun ikut menjadi sasaran pembakaran meski tidak sampai ludes.
Kemarahan tersebut sempat menjurus anarkis dengan aksi pengrusakan papan nama kantor PSSI dan juga menurunkan bendera PSSI kemudian membakarnya persis di halaman kantor induk organisasi sepak bola itu. Bahkan alat pembersih kaki (keset) yang bertuliskan "PSSI" pun ikut menjadi sasaran pembakaran meski tidak sampai ludes.
Aparat Satuan Pengamanan yang berjaga di ring road tak bisa berbuat banyak. Polisi tiba di tempat setelah massa meninggalkan tempat.
Chairul menambahkan dirinya khawatir jika tiket masih dijual saat hari H pertandingan akan berisiko lebih besar.
"Kalau tiket masih dijual pada hari pertandingan dan seumpama jumlah tiket yang dijual tidak sebanding dengan jumlah calon penonton, jangan-jangan suasananya bisa lebih kacau," ujarnya.
sumber:http://www.antaranews.com/berita/1292682108/calon-penonton-nilai-kerja-panitia-pertandingan-acak-acakan
"Kalau tiket masih dijual pada hari pertandingan dan seumpama jumlah tiket yang dijual tidak sebanding dengan jumlah calon penonton, jangan-jangan suasananya bisa lebih kacau," ujarnya.
sumber:http://www.antaranews.com/berita/1292682108/calon-penonton-nilai-kerja-panitia-pertandingan-acak-acakan